Pencarian

Rabu, 12 Januari 2011

rahasiasukses-pambudi: Matahari Mengelilingi Bumi

rahasiasukses-pambudi: Matahari Mengelilingi Bumi

rahasiasukses-pambudi: AGAR BLOG CEPAT TERDETEKSI DAN MUNCUL DI AWAL PENCARIAN

rahasiasukses-pambudi: AGAR BLOG CEPAT TERDETEKSI DAN MUNCUL DI AWAL PENCARIAN: "infogue.com"

AGAR BLOG CEPAT TERDETEKSI DAN MUNCUL DI AWAL PENCARIAN

Anda baru saja membuat blog, namun blog anda tidak kunjung tampil di search engine? Jangan khawatir, tips-tips berikut ini akan membantu anda. Diperkirakan hasilnya blog baru anda akan muncul di search engine paling lama dalam dua hari.
Silakan simak baik-baik kelima tips berikut ini dan ACTION-kan saja.
  • Posting Lebih dari Satu Konten. Siapkan konten awal blog anda lebih dari satu. Lalu buat setiap posting saling berhubungan dengan menautkan link. Sangat baik jika anda minimal memposting tiga konten sekaligus di awal peluncuran blog.
  • Daftarkan ke Search Engine. Laporkan keberadaan blog anda ke search engine Untuk Google misalnya, anda bisa daftarkan di google add url. Masukkan URL blog anda di sana.
  • Masukkan Posting ke Social Bookmark. Setiap posting yang telah anda terbitkan tadi, selanjutnya anda daftarkan di sejumlah social bookmark. Seperti misalnya di infogue.com dan lintasberita.com. Tentu sebelumnya anda perlu membuat akun di masing-masing social bookmark tersebut.
  • Lakukan Ping. Tidak hanya di satu ping service, tapi lakukan ke sejumlah ping sekaligus. Bagi para member Rahasia Blogging, bisa melihat daftar ping service di update terbaru modul empat Rumusan Rahasia Blogging. Tambahkan ping service tersebut di blog wordpress anda.
  • Komentar. Terakhir, lakukan banyak komentar di blog-blog lain, khususnya di blog yang cepat terindeks di search engine. Anda bisa cek blog target tempat komentar anda dengan mengecek posting terbarunya di search engine. Anda bisa ketikkan judul posting tersebut. Sebagai contoh anda bisa mengecek terindeks tidaknya posting ini di Google. Dengan berkomentar di blog yang cepat terindeks, harapannya efek kecepatan terindeks akan menular pada blog anda.
Silakan dicoba. Dan jangan lupa ikuti kontes SEO stop dreaming start action berhadiah Rp 25 juta. Sekedar mengingatkan, untuk mengikuti kontes tersebut diharap tidak menggunakan wordpress.com seperti saya cantumkan pada tanya jawab nomor 19 di sini.

Minggu, 09 Januari 2011

Kesalahan-keslahan dalam sholat (video 1)

Matahari Mengelilingi Bumi

Dan Mataharilah yang Mengelilingi Bumi
(Disarikan dari buku Matahari Mengelilingi Bumi karya Ustadz Ahmad Sabiq)

Untuk memudahkan penjelasan bahwa matahari yang mengelilingi Bumi maka yang harus difahami pertama kali adalah mengetahui siapa yang diam dan siapa yang bergerak ?.  Berikut penjelasan dari al Qur'an dan as Sunnah, serta penjelasan para salafush shalih yang menafsirkan ayat-ayat tersebut :

1. Bumi Diam, tidak bergerak.

Firman Allah Ta'ala,

"Wa min aayaatiHi an taquumas samaa-u wal ardhu bi amrih ..." yang artinya "Dan diantara tanda-tanda kekuasaannya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradatnya ..." (QS. Ar Rum : 25)

Pada terjemahan al Qur'an, al qiyaam pada QS. Ar Rum ayat 25 diterjemahkan sebagai berdiri, namun di ayat lain yaitu QS. Al Baqarah ayat 20, al qiyaam diterjemahkan dengan berhenti,

"... wa idzaa azhlama 'alaiHim qaamuu ..." yang artinya "... dan apabila gelap menimpa mereka, mereka berhenti ..." (QS. Al Baqarah : 20)

Berkata Imam Ibnu Mandhur dalam Lisaanul 'Arab,

"al Qiyaam juga bisa berarti berhenti dan tetap di satu tempat.  Dikatakan kepada orang yang berjalan, 'quflii', artinya, 'diamlah engkau di tempatmu sehingga saya datang kepadamu'.  Demikian juga kata qumlii maknanya sama dengan quflii.  Dari sinilah para ulama menafsirkan firman Allah Ta'ala,

"... wa idzaa azhlama 'alaiHim qaamuu ..." yang artinya "... dan apabila gelap menimpa mereka, mereka berhenti ..." (QS. Al Baqarah : 20)

Para ulama lughah dan tafsir mengatakan bahwa makna qaamuu adalah berhenti dan diam di satu tempat, tidak maju dan tidak mundur.  Diantara makna ini adalah firman Allah Ta'ala,

"Wa min aayaatiHi an taquumas samaa-u wal ardhu bi amrih ..." yang artinya "Dan diantara tanda-tanda kekuasaannya ialah behentinya langit dan bumi dengan iradatnya ..." (QS. Ar Rum : 25)

Artinya diam dan tetap, serta tidak bergerak dan tidak pula berputar" (Lisaanul 'Arab 12/498)

Berkata Imam al Baghawi, "Berkata Ibnu Mas'ud radhiyallaHu 'anHu, 'Keduanya berhenti di tempatnya dengan izin Allah'".

Berkata Ibnu Katsir tentang ayat di atas (yaitu QS. Ar Rum : 25), "Firman Allah Ta'ala di atas sama dengan firman Allah Ta'ala, 'Dan Dia menahan langit jatuh ke Bumi' (QS. Al Hajj 65).  Juga firman-Nya, 'Sesungguhnya Allah menahan langit dan Bumi supanya jangan lenyap' (QS. Faathir : 41)".

Ini adalah dalil naqli pertama yang menjelaskan bahwa Bumi itu diam, tidak bergerak. 

Yang kedua, Firman Allah Ta'ala,

"Am ja'alal ardha qaraaran ..." yang artinya "Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam ..." (QS. An Naml : 61).

Berkata Imam Ibnu Katsir, "'Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam'.  Qaraar maksudnya adalah diam, tenang, tetap tidak bergerak serta tidak membuat guncang penghuninya, karena bumi seandainya seperti itu maka tidak mungkin bisa dibuat hidup (dihuni) dengan baik, akan tetapi Allah menjadikannya sesuatu yang terhampar, tidak berguncang dan tidak bergerak"

Berkata Imam Baghawi, "Makna qaraar adalah tidak bergerak bersama penghuninya".

Hal ini karena memang qaraar artinya adalah tetap dan tenang di suatu tempat, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam al Fairuz Abadi dalam al Qamus al Muhith 2/119 dan Ibnu Mandhur dalam Lisaanul Arab 5/86.

Yang Ketiga, firman Allah Ta'ala,

"Waj'alnaa fil ardhi rawaasiya an tamiida biHim ..." yang artinya "Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka ..." (QS. Al Anbiyaa : 31)

Yang Keempat, firman Allah Ta'ala

"Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk" (QS. An Nahl : 15)

Yang Kelima, firman Allah Ta'ala,

"Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran" (QS. Al Hijr : 19)

Imam Ibnu Katsir saat menafsirkan firman Allah Ta'ala, "Dan menjadikan padanya gunung-gunung", berkata, "Maksudnya adalah gunung-gunung yang tinggi besar yang bisa untuk memantapkan bumi agar tidak bergerak bersama kalian"

Berkata Imam al Qurthuby saat menafsirkan firman Allah Ta'ala, "Dan menjadikan padanya gunung-gunung", "Maksudnya adalah gunung-gunung yang bisa menahan dan mencegah bumi dari bergerak"

Dalil yang keenam, Firman Allah Ta'ala,

"Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan dan gunung-gunung sebagai pasak" (QS. An Nabaa' : 6-7)

Imam Ibnu Katsir menjelaskan firman Allah Ta'ala, "Dan gunung-gunung sebagai pasak", "Maksudnya ialah Allah Ta'ala menjadikan di bumi pasak yang bisa memantapkan bumi sehingga menjadi tenang dan tidak bergerak bersama yang di atasnya".

Demikianlah nash-nash al Qur'an yang menjelaskan bahwa bumi itu diam, tidak bergerak.  Lalu jika bumi itu diam apakah dia bisa bergerak mengelilingi matahari !?


2. Mataharilah yang bergerak.

Berdasarkan firman-firman Allah Ta'ala berikut ini,

"Dan matahari berjalan di tempat peredarannya.  Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui" (QS. Yasiin : 38)

"Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.  Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya" (QS. Al Anbiyaa' : 33)

Dari dalil di atas telah jelaslah bagi orang-orang yang berakal bahwa yang beredar adalah matahari sementara bumi diam tidak bergerak !.

Perhatikan hadits shahih berikut ini :

Dari Abu Dzar radhiyallaHu 'anHu, berkata Rasulullah ShallallaHu 'alaiHi wa sallam kepada Abu Dzar radhiyallaHu 'anHu ketika matahari terbenam,

"Tahukah kamu, kemanakah matahari itu pergi ?"

Abu Dzar berkata, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui"

Beliau ShallallaHu 'alaiHi wa sallam bersabda,

"Fa innaHaa tadzHabu hatta tasjuda tahtal 'arsyi fatasta'dzinu fayu'dzana laHa wa tuusyiku an tasjuda falaa yuqbala minHaa wa tasta'dzinu falaa yu'dzana laHaa yuqaalu laHar ji'ii min haytsu ji'ti fatathlu'u min maghribi fa dzaalika qauluHu ta'alaa,

wa syamsu tajrii limustaqarril laHaa dzaalika taqdiirul 'aziizil 'aliimi"

yang artinya,

"Sesungguhnya matahari itu pergi hingga ia sujud di bawah 'arsy, lalu ia minta izin (untuk terbit lagi) lalu ia diizinkan.  Dan hampir terjadi ketika ia hendak sujud lalu tidak diterima dan minta izin lalu tidak diizinkan.  Dan dikatakan kepadanya, 'Kembalilah ke tempat kamu datang kepada-Ku', maka ia terbit dari barat.  Itulah firman Allah Ta'ala,

'Dan matahari berjalan di tempat peredarannya.  Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui' (QS. Yaasin : 38)". (HR. al Bukhari dalam Kitab Shahihnya dalam Bab Shifatisy Syamsi wal Qamari bi Husbaanin)

Siapakah yang bergerak pergi pada hadits tersebut, matahari ataukah bumi ? Yang pasti jawabannya adalah matahari.

Maka dari itu para salafush shalih menyatakan bahwa mataharilah yang beredar mengelilingi Bumi bukan sebaliknya.  Berkata Imam Ibnu Hazm,

"Terdapat sebuah dalil yang tetap dan bisa langsung disaksikan dengan panca indra bahwa matahari yang mengelilingi bumi dari timur ke barat dan barat ke timur" (al Fishal 2/99)

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah,

"Siapa pun yang berada di Bumi lalu melihat keadaan matahari saat terbit, saat berada di tengah-tengah, juga saat tenggelam; di tiga waktu ini matahari berada pada kejauhan yang sama dan juga dalam satu bentuk, maka dia akan mengetahui bahwa matahari itu beredar dalam sebuah garis edar yang berbentuk bulat" (Majmu' Fatawaa 6/597)

Berkata al Hafizh Ibnu Hajar saat menerangkan hadits Abu Dzar dalam Shahih Bukhari,

"Maksud dari keterangan ini adalah menjelaskan bahwa matahari beredar setiap hari setiap malam.  Hal ini berbeda dengan apa yang diklaim oleh ahli perbintangan (astronom) bahwa matahari menempel di garis orbit dan hal ini berkonsekwensi bahwasannya yang beredar itu garis orbitnya, sedangkan zhahir hadits ini bahwa mataharilah yang beredar dan bergerak" (Fathul Bari 6/360)

Berkata Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz,

"Al Qur'an dan as Sunnah serta kesepakatan para ulama dan realita yang ada menunjukkan bahwa matahari beredar di garis edarnya sebagaimana yang ditetapkan oleh Allah Ta'ala sedangkan bumi itu tetap tidak bergerak, yang mana Allah menyiapkan sebagai tempat tinggal dan Allah memantapkannya dengan gunung-gunung agar tidak bergerak bersama mereka" (al Adillah an Naqliyah wal Hissiyah hal. 26 dan 30)

Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin,

"Sesungguhnya mataharilah yang beredar mengelilingi bumi yang dengannya terjadi pergantian malam dengan siang" (Syarah Arba'in Nawawi hal. 289)

Demikianlah penjelasan ringkas bahwa mataharilah yang mengelilingi Bumi dan semoga seluruh kaum muslimin dapat terbuka mata hati dan akalnya untuk menerima nash-nash dari al Qur'an, as Sunnah dan pendapat para ulama serta menyakini pendapat itu sebagai pendapat yang kuat dan haq.

Akhirnya, di penghujung Buku Matahari Mengelilingi Bumi, Ustadz Ahmad Sabiq mengutip ucapan Nabiyullah Syu'aib 'alaiHis sallam,

"Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan.  Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah.  Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali" (QS. Huud : 88)

Semoga Bermanfaat.

(Dalam tulisan ini terjemahan ayat-ayat al Qur'an yang saya gunakan adalah al Qur'an terjemahan Yayasan Penyelenggara Penterjemah al Qur'an yang ditunjuk oleh Menteri Agama RI dengan SK no. 26 tahun 1967.  Salah seorang penterjemah al Qur'an ini adalah Prof. T. M. Hasbi ash Shidiqi.

Sedangkan sistematika dan isi saya ambil maraji'nya dari Buku Matahari Mengelilingi Bumi yang disusun oleh Ustadz Ahmad Sabiq dengan penerbit Pustaka al Furqan)

Sabtu, 08 Januari 2011

Yasinan, Bid’ah Yang Dianggap Sunnah


Cara Tutup Aurat Yg Betul yang dituntut Islam

Jilbab Wanita Muslimah

Oleh:
Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albany
Penelitian kami terhadap ayat-ayat Al-Quran, As-Sunnah dan atsar-atsar Salaf dalam masalah yang penting ini, memberikan jawaban kepada kami bahwa jika seorang wanita keluar dari rumahnya, maka ia wajib menutup seluruh anggota badannya dan tidak menampakkan sedikitpun perhiasannya, kecuali wajah dan dua telapak tangannya, maka ia harus menggunakan pakaian (jilbab) yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. MELIPUTI SELURUH BADAN SELAIN YANG DIKECUALIKAN
Syarat ini terdapat dalam firman Allah dalam surat An-Nuur : 31 berbunyi : "Katakanlah kepada wanita yang beriman : "Hendaklah mereka menahan pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada mereka, dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka atau ayah mereka atau ayah suami mereka (mertua) atau putra-putra mereka atau putra-putra suami mereka atau saudara-saudar mereka (kakak dan adiknya) atau putra-putra saudara laki-laki mereka atau putra-putra saudara perempuan mereka (=keponakan) atau wanita-wanita Islam atau budak-budak yang mereka miliki atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.
Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung."

Juga firman Allah dalam surat Al-Ahzab : 59 berbunyi : "Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mumin : "Hendaklah mereka mengulurkann jilbabnya ke seluruh tubuh mereka."

Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata dalam Tafsirnya : "Janganlah kaum wanita menampakkan sedikitpun dari perhiasan mereka kepada pria-pria ajnabi, kecuali yang tidak mungkin disembunyikan." Ibnu Masud berkata : Misalnya selendang dan kain lainnya. "Maksudnya adalah kain kudung yang biasa dikenakan oleh wanita Arab di atas pakaiannya serat bagian bawah pakiannya yang tampak, maka itu bukan dosa baginya, karena tidak mungkin disembunyikan."

Al-Qurthubi berkata : Pengecualian itu adalah pada wajah dan telapak tangan. Yang menunjukkan hal itu adalah apa yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Aisyah bahwa Asma binti Abu Bakr menemui Rasulullah sedangkan ia memakai pakaian tipis. Maka Rasulullah berpaling darinya dan berkata kepadanya : "Wahai Asma ! Sesungguhnya jika seorang wanita itu telah mencapai masa haid, tidak baik jika ada bagian tubuhnya yang terlihat, kecuali ini." Kemudian beliau menunjuk wajah dan telapak tangannya. Allah Pemberi Taufik dan tidak ada Rabb selain-Nya."

2. BUKAN BERFUNGSI SEBAGAI PERHIASAN
Ini berdasarkan firman Allah dalam surat An-Nuur ayat 31 berbunyi : "Dan janganlah kaum wanita itu menampakkan perhiasan mereka." Secara umum kandungan ayat ini juga mencakup pakaian biasa jika dihiasi dengan sesuatu, yang menyebabkan kaum laki-laki melirikkan pandangan kepadanya. Hal ini dikuatkan oleh firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 33 : "Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti oang-orang jahiliyah."

Juga berdasarkan sabda Nabi : "Ada tida golongan yang tidak akan ditanya yaitu, seorang laki-laki yang meninggalkan jamaah dan mendurhakai imamnya serta meninggal dalam keadaan durhaka, seorang budak wanita atau laki-laki yang melarikan diri (dari tuannya) lalu ia mati, serta seorang wanita yang ditinggal oleh suaminya, padahal suaminya telah mencukupi keperluan duniawinya, namun setelah itu ia bertabarruj. Ketiganya itu tidak akan ditanya." (Dikeluarkan Al-Hakim 1/119 dan disepakati Adz-Dzahabi; Ahmad VI/19; Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad; At-Thabrani dalam Al-Kabir; Al-Baihaqi dalam As-Syuaib).

Tabarruj adalah perilaku wanita yang menampakkan perhiasan dan kecantikannya serta segala sesuatu yang wajib ditutup karena dapat membangkitkan syahwat laki-laki. (Fathul Bayan VII/19).

3. KAINNYA HARUS TEBAL (TIDAK TIPIS)
Sebab yang namanya menutup itu tidak akan terwujud kecuali harus tebal. Jika tipis, maka hanya akan semakin memancing fitnah (godaan) dan berarti menampakkan perhiasan. Dalam hal ini Rasulullah telah bersabda : "Pada akhir umatku nanti akan ada wanita-wanita yang berpakain namun (hakekatnya) telanjang. Di atas kepala mereka seperti terdapat bongkol (punuk) unta. Kutuklah mereka karena sebenarnya mereka adalah kaum wanita yang terkutuk." Di dalam hadits lain terdapat tambahan : "Mereka tidak akan masuk surga dan juga tidak akan mencium baunya, padahal baunya surga itu dapat dicium dari perjalanan sekian dan sekian." (At-Thabrani dalam Al-Mujam As-Shaghir hal. 232; Hadits lain tersebut dikeluarkan oleh Muslim dari riwayat Abu Hurairah. Lihat Al-HAdits As-Shahihah no. 1326).

Ibnu Abdil Barr berkata : Yang dimaksud oleh Nabi adalah kaum wanita yang mengenakan pakaian yang tipis, yang dapat mensifati (menggambarkan) bentuk tubuhnya dan tidak dapat menutup atau menyembunyikannya. Mereka itu
tetap berpakaian namanya, akan tetapi hakekatnya telanjang. (dikutip oleh As-Suyuthi dalam Tanwirul Hawalik III/103).

Dari Abdullah bin Abu Salamah, bahawsannya Umar bin Al-Khattab pernah memakai baju Qubthiyah (jenis pakaian dari Mesir yang tipis dan berwarna putih) kemudian Umar berkata : Jangan kamu pakaikan baju ini untuk istri-istrimu !. Seseorang kemudian bertanya : Wahai Amirul Muminin, Telah saya pakaikan itu kepada istriku dan telah aku lihat di rumah dari arah depan maupun belakang, namun aku tidk melihatnya sebagai pakaian yang tipis ! Maka Umar menjawab : Sekalipun tidak tipis, namun ia mensifati (menggambarkan lekuk tubuh). (Riwayat Al-Baihaqi II/234-235; Muslim binAl-Bitthin dari Ani Shalih dari Umar).

Atsar di atas menunjukkan bahwa pakaian yang tipis atau yang mensifati dan menggambarkan lekuk-lekuk tubuh adalah dilarang. Yang tipis (transparan) itu lebih parah daripada yang menggambarkan lekuk tubuh (tapi tebal). Oleh
karena itu Aisyah pernah berkata : "Yang namanya khimar adalah yang dapat menyembunyikan kulit dan rambut."

4. HARUS LONGGAR (TIDAK KETAT) SEHINGGA TIDAK DAPAT MENGGAMBARKAN SESUATU DARI TUBUHNYA
Usamah bin Zaid pernah berkata : Rasulullah pernah memberiku baju Quthbiyah yang tebal yang merupakan baju yang dihadiahkan oleh Dihyah Al-Kalbi kepada beliau. Baju itu pun aku pakaikan pada istriku. Nabi bertanya kepadaku : "Mengapa kamu tidak mengenakan baju Quthbiyah ?" Aku menjawab : Aku pakaiakan baju itu pada istriku. Nabi lalu bersabda : "Perintahkan ia agar mengenakan baju dalam di balik Quthbiyah itu, karena saya khawatir baju itu masih bisa menggambarkan bentuk tulangnya." (Ad-Dhiya Al-Maqdisi dalam Al-Hadits Al-Mukhtarah I/441; Ahmad dan Al-Baihaqi dengan sanad Hasan). Aisyah pernah berkata : Seorang wanita dalam shalat harus mengenakan tiga pakaian : Baju, jilbab dan khimar. Adalah Aisyah pernah mengulurkan izar-nya (pakaian sejenis jubah) dan berjilbab dengannya. (Ibnu Sad VIII/71).

Pendapat yang senada juga dikatakan oleh Ibnu Umar : Jika seorang wanita menunaikan shalat, maka ia harus mengenakan seluruh pakainnya : Baju, khimar dan milhafah (mantel). (Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf II:26/1).

Ini semua juga menguatkan pendapat yang kami pegangi mengenai wajibnya menyatukan antara khimar dan jilbab bagi kaum wanita jika keluar rumah.

5. TIDAK DIBERI WEWANGIAN ATAU PARFUM
Dari Abu Musa Al-Asyari bahwasannya ia berkata : Rasulullah bersabda : "Siapapun wanita yang memakai wewangian, lalu ia melewati kaum laki-laki agar mereka mendapatkan baunya, maka ia adalah pezina." (An-Nasai II/283; Abu Daud II/192; At-Tirmidzi IV/17; Ahmad IV/100, Ibnu Khuzaimah III/91; Ibnu Hibban 1474; Al-Hakim II/396 dan disepakati oleh Adz-Dzahabi).

Dari Zainab Ats-Tsaqafiyah bahwasannya Nabi bersabda : "Jika salah seorang diantara kalian (kaum wanita) keluar menuju masjid, maka jangan sekali-kali mendekatinya dengan (memakai) wewangian." (Muslim dan Abu Awanah
dalam kedua kitab Shahih-nya; Ash-Shabus Sunan dn lainnya).

Dari Abu Hurairah bahwa ia berkata : Rasulullah bersabda : "Siapapun wanita yang memakai bakhur (wewangian yang berasal dari pengasapan), maka janganlah ia menyertai kami dalam menunaikan shalat Isya yang akhir." (ibid)

Dari Musa bin Yasar dari Abu Hurairah : Bahwa seorang wanita berpapasan dengannya dan bau wewangian menerpanya. Maka Abu Hurairah berkata : Wahai hamba Allah ! Apakah kamu hendak ke masjid ? Ia menjawab : Ya. Abu Hurairah kemudian berkata : Pulanglah saja, lalu mandilah ! karena sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah bersabda : "Jika seorang wanita keluar menuju masjid sedangkan bau wewangian menghembus maka Allah tidak menerima shalatnya, sehingga ia pulang lagi menuju rumahnya lalu mandi." (Al-Baihaqi III/133; Al-Mundziri III/94).

Alasan pelarangannya sudah jelas, yaitu bahwa hal itu akan membangkitkan nafsu birahi. Ibnu Daqiq Al-Id berkata : Hadits tersebut menunjukkan haramnya memakai wewangian bagi wanita yang hendak keluar menuju masjid, karena hal itu akan dapat membangkitkan nafsu birahi kaum laki-laki (Al-Munawi dalam Fidhul Qadhir dalam mensyarahkan hadits dari Abu Hurairah).

Saya (Al-Albany) katakan : Jika hal itu saja diharamkan bagi wanita yang hendak keluar menuju masjid, lalu apa hukumnya bagi yang hendak menuju pasar, atau tempat keramaian lainnya ? Tidak diragukan lagi bahwa hal itu
jauh lebih haram dan lebih besar dosanya. Al-Haitsami dalam kitab AZ-Zawajir II/37 menyebutkan bahwa keluarnya seorang wanita dari rumahnya dengan memakai wewangian dn berhias adalah termasuk perbuatan kabair (dosa besar) meskipun suaminya mengizinkan.

6. TIDAK MENYERUPAI PAKAIAN LAKI-LAKI
Karena ada beberapa hadits shahih yang melaknat wanita yang menyrupakan diri dengan kaum pria, baik dalam hal pakaian maupun lainnya.

Dari Abu Hurairah berkata : Rasulullah melaknat pria yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian pria (Abu Daud II/182; Ibnu Majah I/588; Ahmad II/325; Al-Hakim IV/19 disepakati oleh Adz-Dzahabi).

Dari Abdullah bin Amru yang berkata : Saya mendengar Rasulullah bersabda : "Tidak termasuk golongan kami para wanita yang menyerupakan diri dengan kaum pria dan kaum pria yang menyerupakan diri dengan kaum wanita." (Ahmad II/199-200; Abu Nuaim dalam Al-Hilyah III/321)

Dari Ibnu Abbas yang berkata : Nabi melaknat kaum pria yang bertingkah kewanita-wanitaan dan kaum wanita yang bertingkah kelaki-lakian. Beliau bersabda : "Keluarkan mereka dari rumah kalian. Nabi pun mengeluarkan si fulan dan Umar juga mengeluarkan si fulan." Dalam lafadz lain : "Rasulullah melaknat kaum pria yang menyerupakan diri dengan kaum wanita dan kaum wanita yang menyerupakan diri dengan kaum pria." (Al-Bukhari X/273-274; Abu Daud II/182,305; Ad-Darimy II/280-281; Ahmad no. 1982,2066,2123,2263,3391,3060,3151 dan 4358; At-Tirmidzi IV/16-17; Ibnu Majah V/189; At-Thayalisi no. 2679).

Dari Abdullah bin Umar yang berkata : Rasulullah bersabda : "Tiga golongan yang tidak akan masuk surga dan Allah tidak akan memandang mereka pada hari kiamat; Orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, wanita yang
bertingkah kelaki-lakian dan menyerupakan diri dengan laki-laki dan dayyuts (orang yang tidak memiliki rasa cemburu)." (An-Nasai !/357; Al-Hakim I/72 dan IV/146-147 disepakati Adz-Dzahabi; Al-Baihaqi X/226 dan Ahmad II/182).

Dalam haits-hadits ini terkandung petunjuk yang jelas mengenai diharamkannya tindakan wanita menyerupai kaum pria, begitu pula sebaiknya.

Ini bersifat umum, meliputi masalah pakaian dan lainnya, kecuali hadits yang pertama yang hanya menyebutkan hukum dalam masalah pakaian saja.


7. TIDAK MENYERUPAI PAKAIAN WANITA-WANITA KAFIR
Syariat Islam telah menetapkan bahwa kaum muslimin (laki-laki maupun perempuan) tidak boleh bertasyabuh (menyerupai) kepada orang-orang kafir, baik dalam ibadah, ikut merayakan hari raya, dan berpakain khas mereka. Dalilnya : Firman Allah surat Al-Hadid : 16, berbunyi : "Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka) dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik." Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata dalam Al-Iqtidha hal. 43 : Firman Allah "Janganlah mereka seperti..." merupakan larangan mutlak dari tindakan menyerupai mereka, di samping merupakan larangan khusus dari tindakan menyerupai mereka dalam hal membatunya hati akibat kemaksiatan. Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat ini
(IV/310) berkata : Karena itu Allah melarang orang-orang beriman menyerupai mereka dalam perkara-perkara pokok maupun cabang.

Allah berfirman : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad) : "Raaina" tetapi katakanlah "Unzhurna" dan dengarlah. Dan bagi orang-orang yang kafir siksaan yang pedih." Ibnu Katsir I/148 berkata : Allah melarang hamba-hamba-Nya yang beriman untuk mnyerupai ucapan-ucapan dan tindakan-tindakan orang-orang kafir. Sebab, orang-orang Yahudi suka menggunakan plesetan kata dengan tujuan mengejek. Jika mereka ingin mengatakan "Denagrlah kami" mereka mengatakan "Raaina" sebagai plesetan kata "ruunah" (artinya
ketotolan) sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 46.

Allah telah memberi tahukan (dalm surat Al-Mujadalah : 22) bahwa tidak ada seorang mumin yang mencintai orang-orang kafir. Barangsiapa yang mencintai orang-orang kafir, maka ia bukan orang mumin, sedangkan tindakan
menyerupakan diri secara lahiriah merupakan hal yang dicurigai sebagai wujud kecintaan, oleh karena itu diharamkan

8. BUKAN PAKAIAN UNTUK MENCARI POPULARITAS (PAKAIAN KEBESARAN)
Berdasarkan hadits Ibnu Umar yang berkata : Rasulullah bersabda : "Barangsiapa mengenakan pakaian (libas) syuhrah di dunia, niscaya Allah mengenakan pakaian kehinaan kepadanya pada hari kiamat, kemudian membakarnya
dengan api neraka." (Abu Daud II/172; Ibnu Majah II/278-279).

Libas Syuhrah adalah setiap pakaian yang dipakai dengan tujuan untuk meraih popularitas di tengah-tengah orang banyak, baik pakain tersebut mahal, yang dipakai oleh seseorang untuk berbangga dengan dunia dan perhiasannya,
maupun pakaian yang bernilai rendah, yang dipakai oleh seseorang untuk menampakkan kezuhudannya dan dengan tujuan riya (Asy-Syaukani dalam Nailul Authar II/94). Ibnul Atsir berkata : "Syuhrah artinya terlihatnya sesuatu.
Maksud dari Libas Syuhrah adalah pakaiannya terkenal di kalangan orang-orang yang mengangkat pandangannya mereka kepadanya. Ia berbangga terhadap orang lain dengan sikap angkuh dan sombong."

Kesimpulannya adalah :
Hendaklah menutup seluruh badannya, kecuali wajah dan dua telapak dengan perincian sebagaimana yang telah dikemukakan, jilbab bukan merupakan perhiasan, tidak tipis, tidak ketat sehingga menampakkan bentuk tubuh, tidak disemprot parfum, tidak menyerupai pakaian kaum pria atau pakaian wanita-wanita kafir dan bukan merupakan pakaian untuk mencari popularitas.

Dikutip dari Kitab Jilbab Al-Marah Al-Muslimah fil Kitabi was Sunnah (Syaikh Al-Albany)


Syaiful Achmad

---------------------------------
Want to be your own boss? Learn how on Yahoo! Small Business.





Website anda: http://www.assunnah.or.id & http://www.almanhaj.or.id
Website audio: http://assunnah.mine.nu
Berhenti berlangganan: assunnah-unsubscribe@yahoogroups.com
Ketentuan posting : aturanmilis@assunnah.or.id
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/assunnah/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
mailto:assunnah-digest@yahoogroups.com
mailto:assunnah-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
assunnah-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Jumat, 07 Januari 2011

BUKU FATHUL BARIY


FATHUL BARIY
Deskripsi
(Hardcover)
Judul Lengkap :Fathul Barii (Penjelasan Kitab Shahih al Bukhari jilid 3)
Judul Asli :Fathul Bariy
Fathul Bari adalah kitab yang disusun oleh Ibnu Hajar al Asqolani. Kitab ini adalah Syarah terbaik dari kitab Shohih Bukhari. Kitab ini termasuk kitab induk yang belum ada tandingannya. Sekarang telah hadir kepada anda terjemahan indonesia kitab ini dengan judul Fathul Bari. Jangan lewatkan Diskon menarik di Toko Buku Pustaka Ukhuwah Malang. DISKON 20 PERSEN.
Peneliti : Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz
Penterjemah :Amiruddin, Lc
Editor :Abu Rania, Lc , Titi Tartilah, S.ag
Tebal :492 halaman
Cetakan :Keempat, Februari 2006
Penerbit :Pustaka Azzam
Tersedia
1 Set Fathul Bariy jilid 1-21 Penerbit Pustaka Azzam

Rp 1.795.000,- disk 20%
harga diskon Rp 1.436.000,-

Shahih Sunan An Nasa-i (Pustaka Azzam)

Mei 18, 2007 oleh cemani
Kitab Shohih Sunan an Nasa-i ini ditulis oleh seorang ulama kenamaan abad ini dalam bidang hadits yaitu Syaikh al Allamah Muhammad Nashiruddin al Albani. Kitab ini adalah hasil penelitian pemilihan hadits hadits shohih dari kitab Sunan karya Imam an Nasa-i. Sekarang telah hadir versi terjemahan dari kitab ini dan tersedia pada Toko Buku Pustaka Ukhuwah Malang. Jangan lewatkan diskon menarik. DISKON 25 PERSEN.
Baca entri selengkapnya »

Shahih Sunan Abu Dawud (Pustaka Azzam)

Mei 18, 2007 oleh cemani
Kitab Shohih Sunan Abu Dawud ini ditulis oleh seorang ulama kenamaan abad ini dalam bidang hadits yaitu Syaikh al Allamah Muhammad Nashiruddin al Albani. Kitab ini adalah hasil penelitian pemilihan hadits hadits shohih dari kitab Sunan karya Abu Dawud. Sekarang telah hadir versi terjemahan dari kitab ini dan tersedia pada Toko Buku Pustaka Ukhuwah Malang. Jangan lewatkan diskon menarik. DISKON 25 PERSEN.
Baca entri selengkapnya »









SHAHIH FIKIH SUNNAH LENGKAP
Deskripsi
(Hardcover)
Judul Lengkap :Shahih Fikih Sunnah Lengkap (Berdasarkan dalil dalil dan penjelasan para imam termasyhur Jilid 2)
Judul Asli :Shahih Fiqh as Sunnah wa Adillatuhu wa Taudhih Madzahib al A’immah
Shahih Fikih Sunnah ini disusun oleh Syaikh Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim. Kitab Fikih ini berisi hal hal yang masuk dalam bidang Fikih dengan metode mengumpulkan pendapat 4 Madzhab dan memilih yang rojih dari 4 Madzhab tersebut. Kini telah hadir Terjemahan kitab ini di Toko Buku Pustaka Ukhuwah Malang. Jangan Lewatkan diskon menarik sebesar 20 PERSEN.
Penulis : Abu Malik Kamal bin as Sayid Salim
Penterjemah :Besus Hidayat Amin
Editor :Abu Rania, Lc
Tebal :664 halaman
Cetakan :Pertama, Juli 2006
Penerbit :Pustaka Azzam
Tersedia
Jilid 1: Harga Rp. 149.000, 00
Jilid 2: Harga Rp. 95.000, 00
Jilid 3: Harga Rp. 115.000, 00
Jilid 4: Harga Rp. 103.000, 00
Harga total Rp. 462.000, 00;
DISKON 20 % menjadi Rp. 369.600, 00

UNTUK KEBUTUHAN BUKU-BUKU BISA DILIHAT DISINI











SHAHIH FIKIH SUNNAH LENGKAP
Deskripsi
(Hardcover)
Judul Lengkap :Shahih Fikih Sunnah Lengkap (Berdasarkan dalil dalil dan penjelasan para imam termasyhur Jilid 2)
Judul Asli :Shahih Fiqh as Sunnah wa Adillatuhu wa Taudhih Madzahib al A’immah
Shahih Fikih Sunnah ini disusun oleh Syaikh Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim. Kitab Fikih ini berisi hal hal yang masuk dalam bidang Fikih dengan metode mengumpulkan pendapat 4 Madzhab dan memilih yang rojih dari 4 Madzhab tersebut. Kini telah hadir Terjemahan kitab ini di Toko Buku Pustaka Ukhuwah Malang. Jangan Lewatkan diskon menarik sebesar 20 PERSEN.
Penulis : Abu Malik Kamal bin as Sayid Salim
Penterjemah :Besus Hidayat Amin
Editor :Abu Rania, Lc
Tebal :664 halaman
Cetakan :Pertama, Juli 2006
Penerbit :Pustaka Azzam
Tersedia
Jilid 1: Harga Rp. 149.000, 00
Jilid 2: Harga Rp. 95.000, 00
Jilid 3: Harga Rp. 115.000, 00
Jilid 4: Harga Rp. 103.000, 00
Harga total Rp. 462.000, 00;
DISKON 20 % menjadi Rp. 369.600, 00

Selasa, 04 Januari 2011

perbedaan nabi dan rosul

1. Perbedaan Nabi dan Rosul adalah
- Nabi adalah hamba Alloh yang menerima wahyu berisi suatu syari'at,
namun ia tidak mendapat perintah untuk men-tabligh-kannya,

- Rasul adalah hamba Alloh yang menerima wahyu berisi syari'at dan ia
mendapat perintah untuk men-tabligh-kannya dan mengamalkannya

Maka: setiap Rasul adalah Nabi namun tidak setiap Nabi adalah Rasul.

Nabi yang pertama adalah Adam 'Alaihis-salam dan Rasul yang pertama diutus
adalah Nuh 'Alaihis-salam.

Rasululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam dianggkat menjadi Nabi ketika
menerima wahyu surat Al-'Alaq : 1 - 5;
Kemudian beliau diangkat menjadi Rasul setelah menerima wahyu surat
Al-Muddatsir : 1-7

Dikutip dengan penyederhanaan bahasa, dari :
Terjemahan Syarh Tsalasatul Ushul(Mengenal Allah, Rasul,& Dienul Islam),
hal 180, karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin. Penerbit Al-Qowam ,
Cet II (revisi) Nov 2000 M, Solo.

Beda Syetan, Iblis, dan Jin

2 Beda Syetan, Iblis, dan Jin

=== SYETAN ===
- Syetan adalah makhluq Alloh yang kerjanya mengajak manusia kepada
perbuatan jahat dan keji serta berbohong. Diantara yang harus kita
ketahui tentang syetan ini antara lain :

a. Syetan Mengajak Manusia kepada Perbuatan Keji
Allah berfirman :

"Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan
mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah:
169)

b. Syetan adalah Musuh yang nyata bagi Manusia.
Allah berfirman :

"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan,
dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu
musuh yang nyata bagimu." (QS Al-Baqarah: 208)

c. Syetan Memberi Janji dan Angan-angan Kosong
Alloh berfirman :

"Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan
angan-angan kosong pada mereka, padahal syaitan itu tidak menjanjikan
kepada mereka selain dari tipuan belaka." (QS An-Nisa: 120 )

d. Syetan ada juga yang dalam bentuk manusia.
Alloh berfirman :

"Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu
syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian
mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang
indah-indah untuk menipu (manusia) . Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya
mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka
ada-adakan." (QS Al-An'am: 112)

Dalam ayat yang lain Alloh berfirman :

"Katakanlah: "Aku berlidung kepada Rabb manusia. Raja manusia. Sesembahan
manusia. (berlindung) Dari kejahatan syaitan yang biasa bersembunyi, yang
membisikkan ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia." (QS
An-Naas: 1-6)

=== IBLIS ===
- Iblis adalah makhluq Alloh yang durhaka dari jenis Jin dan bukan jenis
manusia.
Alloh berfirman :

"Dan ketika Kami berfirman kepada para malaikat, "Sujudlah kamu kepada
Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin,
maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan
turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka
adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti bagi orang-orang
yang zalim." (QS Al-Kahfi: 50)

Kedurhakaan Iblis adalah adanya rasa kesombongan dan tinggi hati. Dia
merasa dirinya jauh lebih baik dari Adam. Allah berfirman:

"Apakah yang menghalangimu untuk bersujud di waktu Aku menyuruhmu?"
Menjawab iblis, "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari
api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah." (QS Al-A'raaf: 12 )

Ciri yang paling utama dari Iblis adalah dia tidak mati-mati sampai hari
kiamat. Dan penangguhan usianya itu memang telah diberikan oleh Allah
Subhanahu wa ta'ala
Alloh berfirman :

"Iblis menjawab, "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan."
Allah berfirman, "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh."
(QS Al-A'raaf: 14-15 )

Dalam ayat yang lain disebutkan :

"Iblis berkata, "Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka
dibangkitkan." Allah berfirman, "Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang
yang diberi tangguh, sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya."
(QS Shaad: 79-81 )

Jadi iblis adalah nama seorang jin yang hidup di masa penciptaan Adam
'Alaihis-salam. dan tidak mati-mati sampai hari yang ditentukan kelak.


=== JIN ===
- Jin adalah makhluq Alloh yang dibanyak tempat disebutkan oleh Alloh
dalam Al-qur'an. Bahkan ada satu surat dalam Al-Qur'an yang khusus
membahas tentang jin, yaitu surat Al-Jin. Pelajaran yang bisa diambil
dari Al-qur'an antara lain :
a. Jin diciptakan oleh Allah dari api.
Alloh berfirman :

"Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat
panas." (QS.Al-Hijr: 27)

"Dan Dia menciptakan jin dari nyala api." (QS.Ar-Rahman: 15 )

b. Jin ada yang muslim dan ada juga yang tidak.
Alloh berfirman :

"Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara
kami ada yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang
berbeda-beda." (QS Al-Jin:11 )

Contoh jin Muslim antara lain seperti Firman Alloh :

"Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung
lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan)." (QS An-Naml: 17 )

Wallohu a'lam

Semoga bermanfaat.
Afwan jika ada khilaf.

Senin, 03 Januari 2011

ADAB BERDOA SESUAI YANG SUNNAH YG DIAJARKAN


Berdo'a Kepada Selain Allah
Berdo'a Kepada Selain Allah
Minggu, 21 Maret 2004 07:26:29 WIB
BERDO’A KEPADA SELAIN ALLAH
Oleh
Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih
Di beberapa tempat banyak orang mengaku beragama Islam, tetapi mereka ber’doa kepada selain Allah baik
kepada benda-benda hidup maupun yang mati, seperti nabi, para wali dan semisalnya. Mereka mengajukan
berbagai macam permohonan agar terhindar dari mara bahaya dan agar dipenuhi berbagai kebutuhan mereka.
Perbuatan tersebut jelas syirik besar dan jika pelakunya meninggal sebelum bertaubat, maka ia kekal di
neraka. Karena do’a adalah ibadah dan menunjukkan ibadah kepada selain Allah adalah syirik besar
sebagaimana firman Allah.
“Artinya : Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tida (pula) memberi
madharat kepada selain Allah ; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau
begitu termasuk orang-orang yang zhalim” [Yunus : 106]
Sayikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah ditanya tentang orang yang berziarah kubur dab bertawassul dengan
para penghinunya.
Beliau menjawab : Apabila berziarah kubur untuk memohon dan ber-taqarrub serta mempersembahkan
sembelihan kepada penghuninya, nadzar dan beristighatsah dengannya, maka demikian itu termasuk perbuatan
syirik besar, bergitupula permohonan yang ditujukan kepada para wali baik yang masih hidup atau mati dan
mereka berkeyakinan bahwa para wali tersebut bisa memberi manfaat atau madharat dan bisa mengabulkan
permohonan serta memberi kesembuhan kepada orang yang sakit, maka perbuatan tersebut adalah syirik,
semoga Allah melindungi kita darinya. Perbuatan tersebut juga menyerupai perbuatan orang-orang musyrik
terdahulu yang menjadikan patung Latta, Uzza, sebagai tuhan-tuhan selain Allah.
Seharusnya para pemimpin di negeri Islam menegakkan hukum Allah ; menindak tegas dan menghentikan
segala macam perbuatan syirik serta menghancurkan setiap tempat kesyirikan seperti bangunan kuburan sebab
bangunan tersebut disamping haram juga menjadi penyebab kemusyrikan. [Fatawa wa Tanbihaat wa Nashaih
hal. 245-246]
[Disain dari buku Jahalatun Nas Fid Du’a edisi Indonesia Kesalahan Dalam Berdo’a hal. 6-8 Darul Haq]
Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=512&bagian=0
Hal. 1
almanhaj.or.id - Do'a
Berdoa Dengan Mengangkat Tangan
Berdoa Dengan Mengangkat Tangan
Selasa, 27 Januari 2004 11:24:09 WIB
BERDOA DENGAN MENGANGKAT TANGAN
Oleh
Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih
Mengangkat tangan dalam berdoa merupakan etika yang paling agung dan memiliki keutamaan mulia serta
penyebab terkabulnya doa.
Dari Salman Al-Farisi Radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Sesungguhnya Rabb kalian Maha Hidup lagi Maha Mulia, Dia malu dari
hamba-Nya yang mengangkat kedua tangannya (meminta-Nya) dikembalikan dalam keadaan kosong tidak
mendapat apa-apa". [Sunan Abu Daud, kitab Shalat bab Doa 2/78 No.1488, Sunan At-Tirmidzi, bab Doa
13/68. Musnad Ahmad 5/438. Dishahihkan Al-Albani, Shahih Sunan Abu Daud].
Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa lafazh hayyun berasal dari lafazh haya' yang bermakna malu. Allah
memiliki sifat malu yang sesuai dengan keagungan dzat-Nya kita beriman tanpa menggambarkan sifat
tersebut. Lafazh kariim yang berarti Maha Memberi tanpa diminta dan dihitung atau Maha Pemurah lagi Maha
Memberi yang tidak pernah habis pemberian-Nya, Dia dzat yang Maha Pemurah secara mutlaq. Lafazh an
yarudahuma shifron artinya kosong tanpa ada sesuatu. [Mur'atul Mafatih 7/363]
Dari Anas Radhiyalahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak berdoa dengan
mengangkat tangan kecuali dalam shalat Istisqa. [Shahih Al-Bukhari, bab Istisqa' 2/12. Shahih Muslim, kitab
Istisqa' 3/24].
Imam Hafizh Ibnu Hajar berkata bahwa hadits tersebut tidak menafikan berdoa dengan mengangkat tangan
akan tetapi menafikan sifat dan cara tertentu dalam mengangkat tangan pada saat berdoa, artinya mengangkat
tangan dalam doa istisqa' memiliki cara tersendiri mungkin dengan cara mengangkat tangan tinggi-tinggi tidak
seperti pada saat doa-doa yang lain yang hanya mengangkat kedua tangan sejajar dengan wajah saja.
Berdoa dengan mengangkat tangan hingga sejajar dengan kedua pundak tidaklah bertentangan dengan hadits
di atas sebab beliau pernah berdoa mengangkat tangan hingga kelihatan putih ketiaknya, maka boleh
mengangkat tangan dalam berdoa hingga kelihatan ketiaknya, akan tetapi di dalam shalat istisqa dianjurkan
lebih dari itu atau mungkin pada shalat istisqa kedua telapak tangan diarahkan ke bumi dan dalam doa
selainnya kedua telapak tangan diarahkan ke atas langit.
Imam Al-Mundziri mengatakan bahwa jika seandainya tidak mungkin menyatukan hadits-hadits diatas, maka
pendapat yang menyatakan berdoa dengan mengangkat tangan lebih mendekati kebenaran sebab banyak sekali
hadits-hadits yang menetapkan mengangkat tangan dalam berdoa, seperti yang telah disebut Imam
Hal. 2
almanhaj.or.id - Do'a
Al-Mundziri dan Imam An-Nawawi dalam Syarah Muhadzdzab dan Imam Al-Bukhari dalam kitab Adabul
Mufrad. Adapun hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari 'Amarah bin Ruwaibah bahwa dia melihat Bisyr
bin Marwan mengangkat tangan dalam berdoa, lalu mengingkarinya kemudian berkata : "Saya melihat
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak lebih dari ini sambil mengisyaratkan jari telunjuknya. Imam
At-Thabari meriwayatkan dari sebagian salaf bahwa disunnahkan berdoa dengan mengisyaratkan jari telunjuk.
Akan tetapi hadits di atas terjadi pada saat khutbah Jum'at dan bukan berarti hadits tersebut menafikan
hadits-hadits yang menganjurkan mengangkat tangan dalam berdoa. [Fathul Bari 11/146-147].
Akan tetapi dalam masalah ini terjadi kekeliruan, sebagian orang ada yang berlebihan dan tidak pernah sama
sekali mau meninggalkan mengangkat tangan, dan sebagian yang lainnya tidak pernah sama sekali
mengangkat tangan kecuali waktu-waktu khusus saja, serta sebagian yang lain di antara keduanya, artinya
mengangkat tangan pada waktu berdoa yang memang dianjurkan dan tidak mengangkat tangan pada waktu
berdoa yang tidak ada anjurannya. Imam Al-'Izz bin Abdussalam berkata bahwa tidak dianjurkan mengangkat
tangan pada waktu membaca doa iftitah atau doa diantara dua sujud. Tidak ada satu haditspun yang shahih
yang membenarkan pendapat tersebut.
Begitupula tidak disunahkan mengangkat tangan tatkala membaca doa tasyahud dan tidak dianjurkan berdoa
mengangkat tangan kecuali waktu-waktu yang dianjurkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk
mengangkat tangan. [Fatawa Al-Izz bin Abdussalam hal. 47].
Syaikh Bin Bazz berkata bahwa dianjurkan berdoa mengangkat tangan karena demikian itu menjadi penyebab
terkabulnya doa, berdasarkan hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
"Artinya : Sesungguhnya Tuhan kalian Maha Hidup lagi Maha Mulia, Dia malu kepada hamba-Nya yang
mengankat kedua tangannya (meminta-Nya), Dia kembalikan dalam keadaan kosong tidak mendapat apa-apa".
[Hadits Riwayat Abu Dawud].
Dan sanda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
"Artinya : Sesungguhnya Allah Maha Baik tidak menerima kecuali yang baik dan
sesungguhnya Allah memerintahkan kepada orang-orang beriman seperti memerintahkan kepada para rasul,
Allah berfirman.
"Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan
bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah". [Al-Baqarah : 172].
Dan firman Allah : "Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang
shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". [Al-Mukminuun : 51]
Kemudian beliau menyebutkan seseorang yang lusuh mengangkat kedua tangannya ke arah langit berdoa : 'Ya
Rabi, ya Rabbi tetapi makanannya haram, minumannya haram dan pakaiannya haram serta darah dagingnya
tumbuh dari yang haram, bagaimana doanya bisa dikabulkan .?" [Shahih Muslim, kitab Zakat 3/85-86]
Tidak dianjurkan berdoa mengangkat tangan bila Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mengangkat
kedua tangannya pada waktu berdoa seperti berdoa pada waktu sehabis salam dari shalat, membaca doa di
antara dua sujud dan membaca doa sebelum salam dari shalat serta pada waktu berdoa dalam khutbah Jum'at
dan Idul fitri, tidak pernah ada hadits yang menyebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
mengangkat tangan pada waktu waktu tersebut.
Hal. 3
almanhaj.or.id - Do'a
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah panutan kita dalam segala hal, apa yang ditinggalkan dan apa
yang dilaksanakan semuanya suatu yang terbaik buat umatnya, akan tetapi jika dalam khutbah Jum'at khatib
membaca doa istisqa', maka dianjurkan mengangkat tangan dalam berdoa sebagaimana yang telah dilakukan
oleh Rasulullah Shallallah 'alaihi wa sallam. [Shahih Al-Bukhari, bab Istisqa', bab Jamaah Mengangkat
Tangan Bersama Imam 2/21].
Dianjurkan mengangkat tangan dalam berdoa setelah shalat sunnah tetapi lebih baik jangan rutin
melakukannya karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak rutin melakukan perbuatan tersebut dan
seandainya demikian, maka pasti kita menemukan riwayat dari beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam terlebih
para sahabat selalu menyampaikan segala tindakan dan ucapan beliau baik dalam keadaan mukim atau safar.
Adapun hadits yang berbunyi :
"Artinya : Shalat adalah ibadah yang membutuhkan khusyu' dan berserah diri, maka angkatlah kedua
tanganmu dan ucapkanlah : Ya Rabbi, ya Rabbi". [Hadits Dhaif, Fatawa Muhimmmah hal. 47-49].
Dan tidak dianjurkan mengangkat tangan dalam membaca doa thawaf sebab Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
berkali-kali melakukan thawaf tidak ada satu
riwayatpun yang menjelaskan bahwa beliau berdoa mengangkat tangan pada saat thawaf.
Sesuatu yang terbaik adalah mengikuti ajaran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam dan sesuatu yang terburuk adalah mengikuti perbuatan bid'ah.
Cara Mengangkat Tangan Dalam Berdoa.
Ibnu Abbas berpendapat bahwa cara mengangkat tangan dalam berdoa adalah kedua tangan diangkat hingga
sejajar dengan kedua pundak, dan beristighfar berisyarat dengan satu jari, adapun ibtihal (istighasah) dengan
mengangkat kedua tangan tinggi-tinggi. [Sunan Abu Daud, bab Witir, bab Doa 2/79 No. 14950. Dishahihkan
oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Daud].
Imam Al-Qasim bin Muhammad berkata bahwa saya melihat Ibnu Umar berdoa di Al-Qashi dengan
mengangkat tangannya hingga sejajar dengan kedua pundaknya dan kedua telapak tangannya dihadapkan ke
arah wajahnya. [Dishahihkan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 11/147. Dinisbatkan kepada AL-Bukhari
dalam kitab Adabul Mufrad tetapi tidak ada].
Ketahuilah Bahwa Doa Istisqa' Memiliki Dua Cara
Pertama.
Mengangkat kedua tangan dan mengarahkan kedua telapak tangan ke wajah, berdasarkan dari Umair Maula
Abi Al-Lahm bahwa dia melihat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berdoa istisqa di Ahjari Zait dekat dengan
Zaura' sambil berdiri mengangkat kedua telapak tangannya tidak melebihi di atas kepalanya dan mengarahkan
kedua telapak tangan ke arah wajahnya. [Sunan Abu Daud, kitab Shalat bab Raf'ul Yadain fil Istisqa' 1/303
No. 1168. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Daud 1/226 No. 1035].
Kedua
Mengangkat tagan tinggi-tinggi dan mengarahkan luar telapak tangan ke arah langit dan dalam telapak tangan
ke arah bumi. Dari Anas bahwa beliau melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berdoa saat istisqa
dengan mengangkat tangan tinggi-tinggi dan mengarahkan telapak tangan sebelah dalam ke arah bumi hingga
terlihat putih ketiaknya. [Sunan Abu Daud, kitab Shalat bab Raf'ul Yadain fil Istisqa' 1/303 No. 1168.
Hal. 4
almanhaj.or.id - Do'a
Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Daud 1/226 No. 1035].
[Disalin dari buku Jahalatun nas fid du'a, edisi Indonesia Kesalahan Dalam Berdoa oleh Ismail bin Marsyud
bin Ibrahim Ar-Rumaih, hal 61-69 terbitan Darul Haq, penerjemah Zaenal Abidin Lc]
Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=93&bagian=0
Hal. 5
almanhaj.or.id - Do'a
Berlebihan Dalam Berdo'a
Berlebihan Dalam Berdo'a
Jumat, 14 Mei 2004 16:03:31 WIB
BERLEBIHAN DALAM BERDO’A
Oleh
Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Artinya : Berdo’alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas” [Al-A’raaf : 55]
Syaikh As-Sa’di berkata bahwa maksud firman Allah : Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas” adalah melampaui batas dalam segala hal. Dan termasuk melampaui batas adalah meminta
sesuatu yang tidak pantas, berhenti berdo’a atau mengeraskan suara dalam berdo’a. [Tafsir As-Sa’di 3/40]
Dari Abu Nu’amah bahwasanya Abdullah bin Mughaffal Radhiyallahu ‘anhu mendengar anaknya membaca
doa : “Ya Allah berilah kami istana putih di sisi kanan Surga”. Maka dia berkata kepada anaknya : “Wahai
anakku mintalah kepada Allah Surga dan berlindunglah kepadaNya dari api Neraka, sebab saya mendengar
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Akan muncul dari umatku sekelompok kaum yang berlebihan dalam berdoa dan bersuci” [Musnad
Ahmad 4/87. Sunan Abu Daud, kitab Thaharah bab Israf Fil Ma’ 1/24. Ibnu Majah, kitab Do’a 3/349, Hakim,
Al-Mustadrak 1/162. Al-Albani menshahihkannya dalam Shahih Sunan Ibnu Majah 2/331]
Imam Manawi berkata bahwa yang dimaksud berlebihan dalam berdoa adalah melampaui batas dalam
mengajukan permohonan yaitu dengan cara meminta sesuatu yang tidak boleh atau mengeraskan suara pada
waktu berdoa atau memaksakan lafazh bersajak dalam berdoa. Imam Turbusyti berkata bahwa yang dimaksud
berlebihan dalam berdoa bisa memiliki banyak pengertian yang intinya tidak sungguh-sungguh dalam berdoa
atau berlebihan dalam meminta baik untuk kebutuhan pribadinya atau kebutuhan orang lain.
Abdullah bin Mughaffal Radhiyallahu ‘anhu melarang anaknya berdoa seperti itu karena permintaan tersebut
tidak sesuai dan tidak mungkin bisa diraih oleh amal perbuatannya, sebab permohonan tersebut hanya pantas
untuk derajat para nabi dan wali. Sehingga permintaan seperti itu termasuk berlebihan dalam berdoa, serta
tidak pantas karena menganggap sempurna terhadap diri sendiri. [Faidhul Qadir 4/130]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata bahwa berdoa memohon sesuatu yang menjadi keistimewaan para nabi
padahal dia bukan seorang nabi atau memohon sesuatu yang menjadi keistimewaan Allah termasuk berlebihan
dalam berdo’a, seperti memohon agar dia menjadi perantara untuk permohonan hamba kepada Allah atau
memohon agar dia diberi kemampuan untuk bisa mengetahui segala sesuatu atau berkuasa atas segala sesuatu
atau memohon agar diperlihatkan ilmu ghaib atau berdoa dengan berkeyakinan bahwa Allah membutuhkan
doanya atau semua hamba Allah akan mendapat marabahaya bila dia tidak berdoa atau semisalnya. Semua itu
akibat dari kebodohan terhadap hak Allah dan berlebihan dalam berdoa.[Majmu Fatawa 10/713-714]
Hal. 6
almanhaj.or.id - Do'a
Termasuk berlebihan dalam berdoa seperti yang dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin
Amr Radhiyallahu ‘anhu bahwa ada seseorang datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata :
“Ya Allah ampunilah aku dan Muhammad dan janganlah Engkau memberi rahmatMu kepad selain kami, lalu
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya : Siapa yang mengucapkan doa tersebut ? Orang tersebut berkata :
“Saya!”. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Artinya : Kamu telah menghalangi kebaikan untuk orang banyak” [Musnad Imam Ahmad 2/170-171. Majma
Az-Zawaid 10/150]
Imam Al-Albani berkata bahwa makna hadits tersebut adalah menghalangi rahmat Allah untuk para
makhlukNya dan demikian itu tidak mungkin karena Allah berfirman :
“Artinya : Dan rahmatKu meliputi segala sesuatu” [Al-A’raaf : 156]
Do’a di atas diucapkan oleh seseorang baduwi karena kejahilan dan baru mengenal Islam. Seharusnya
seseorang berdoa untuk dirinya dan teman-temannya agar pahalanya bertambah. [Fathur Rabbani 14/272]
[Disalin dari buku Jahalatun Nas Fid Du’a edisi Indonesia Kesalahan Dalam Berdo’a hal. 52-55 Darul Haq]
Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=722&bagian=0
Hal. 7
almanhaj.or.id - Do'a
Buruk Sangka Kepada Allah
Buruk Sangka Kepada Allah
Sabtu, 3 April 2004 08:16:09 WIB
BURUK SANGKA KEPADA ALLAH
Oleh
Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih
Berburuk sangka kepada Allah merupakan bukti kelemahan iman dan bodohnya seseorang terhadap hak Allah
serta tidak memberi pengagungan kepadaNya dengan sebaik-baik pengagungan. Sebagian orang menyangka
Allah sebagaimana menyangka makhluk, bahwa Allah tidak mampu mengabulkan segala keinginannya
sehingga dia tidak memohon kepada Allah kecuali sedikit sekali. Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka
sangka.
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu dan apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata : “Jadilah”,
maka terjadilan. Dia Maha Mulia memberi segala sesuatu kepada semua hambaNya hingga kepada hamba
yang durhaka sekalipun. Sebaiknya seseorang harus berbaik sangka kepada Allah dan memohon kepadaNya
segala sesuatu serta jangan menganggap ada sesuatu yang sulit bagi Allah. Allah Maha Kuasa mengabulkan
permohonan hambaNya.
Sebuah hadits dari Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Allah berfirman Wahai hambaKu seandainya orang terdahulu dan sekarang baik dari jin maupun
manusia berkumpul di suatu tempat, kemudian mereka semua memohon kepadaKu dan Aku kabulkan seluruh
permohonan mereka, maka demikian itu tidak mengurangi sama sekali perbendaharaanKu melainkan seperti
berkurangnya air laut tatkala jarum dicelupkan kedalamnya” [Hadits Riwayat Muslim, kitab Al-bir bab Tahrim
Zhulm 8/16-17]
Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Berharaplah yang banyak sesungguhnya kamu akan meminta kepada Tuhanmu” [Syarhus Sunnah
oleh Imam Al-Baghawi 5/208 no. 1403. Al-Haitsami dalam Majmu Zawaid. Thabrani dalam Al-Ausath
10/150]
Imam Al-Baghawi Rahimahullah berkata bahwa maksudnya adalah berharap dalam hal yang mubah baik
tentang urusan dunia atau akhirat. Hendaknya setiap keluhan, permohonan dan harapan diajukan kepada Allah
sebagaimana firmanNya.
“Artinya : Dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karuniaNya” [An-Nisa : 32]
Bukan berarti kita boleh berharap mendapatkan harta atau nikmat orang lain dengan unsur hasad dan dengki.
Jelas ini dilarang Allah, seperti firman Allah.
“Artinya : Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih
banyak dari sebahagian yang lain” [An-Nisa : 32]
Hal. 8
almanhaj.or.id - Do'a
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Jika kalian berdo’a perbanyaklah keinginannya, sebab Allah tidak menganggap besar terhadap
pemberianNya” [Hadits Riwayat Imam Ahmad 2/475. Imam Thabrani dalam kitab Do’a]
Hadits diatas menurut Al-Banna dalam kitab Fathur Rabbani bahwa setiap orang yang berdo’a harus disertai
dengan permohonan yang sungguh-sungguh dan mengiba atau memohon sesuatu yang banyak lagi besar
berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Sebab Allah tidak menganggap besar terhadap
pemerianNya”. Artinya sebesar apapun Allah pasti akan mengabulkanya. [Fathur Rabbani 14/274]
[Disain dari buku Jahalatun Nas Fid Du’a edisi Indonesia Kesalahan Dalam Berdo’a hal. 14-17 Darul Haq]
Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=579&bagian=0
Hal. 9
almanhaj.or.id - Do'a
Hukum Berdo'a Kepada Ashabul Qubur
Hukum Berdo'a Kepada Ashabul Qubur
Selasa, 29 Maret 2005 21:19:02 WIB
HUKUM BERDO’A KEPADA ASHABUL QUBUR
Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apa hukum berdo’a kepada ashabul qubur (orang yang
sudah mati di dalam kubur) ?
Jawaban.
Do’a itu berbagi menjadi dia bagian :
Pertama
Do’a ibadah, contohnya shalat, shaum dan ibadah-ibadah yang lain. Jika seseorang shalat atau shaum maka dia
telah berdo’a kepada Rabbnya dengan lisanul hal agar Dia mengampuninya, menyelamatkannya dari
adzabNya dan memberinya balasan. Yang menunjukkan hal itu adalah firmanNya.
“Artinya : Dan Tuhanmu berfirman : “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam
dalam keadaan hina dina” [Al-Mukmin : 60]
Jadi dia telah menjadikan do’a sebagai ibadah, maka barangsiapa memberikan sesuatu dari urusan ibadah
kepada selain Allah, sungguh dia telah kafir dengan kekafiran yang mengeluarkan dari millah. Kalau
seandainya seseorang ruku’ atau sujud kepada sesutu yang dia agungkan seperti pengangungannya kepada
selain Allah dalam ruku dan sujud ini, niscaya dia menjadi orang musyrik yang keluar dari Islam. Oleh karena
itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang membungkukkan badan ketika bertemu sebagai tindakan
preventif dan syirik. Beliau ditanya tentang seseorang yang bertemu dengan saudaranya, apakah dia boleh
membungkukkan badan kepadanya, beliau menjawab : “Tidak”. Yang dikerjakan sebagian orang yang bodoh
jika mengucapkan salam kepadamu dengan membungkukkan badannya kepadamu adalah salah, kamu wajib
menerangkan kepadanya dan melarangnya hal itu.
Kedua.
Doa masalah (permintaan), dan ini tidak semuanya syirik, namun ada perinciannya.
[1]. Jika yang diseru itu hidup lagi mampu atas hal itu (memenuhi permintaan) maka itu bukan syirik, seperti
ucapanmu : “Berikanlah aku minum”, kamu ucapkan kepada oran yang mampu akan hal itu, Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata :
“Artinya : Barangsiapa menyeru kalian maka penuhilah dia” [1]
Hal. 10
almanhaj.or.id - Do'a
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Artinya : Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, maka berilah
mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik” [An-Nisa : 8]
Jika orang fakir mengulurkan tangannya dan berkata : “Berilah saya”, maka hal itu boleh
[2]. Jika yang diseur itu mati maka seruan (do’a) kepadanya adalah syirik yang mengeluarkan dari millah.
Sayang sekali, di sebagian negeri Islam ada orang yang berkeyakinan bahwa si Fulan yang dikubur yang
tinggal bangkainya atau telah dimakan tanah, bisa memberi manfaat atau mudharat, atau memberikan
keturunan bagi orang yang tidak mempunyai anak. Hal seperti ini –wal’iyadz billah- adalah syirik akbar yang
mengeluarkan dari millah. Mengakui hal seperti ini lebih besar (dosanya) dari pada mengakui minum khamer,
zina dan liwath, karena ini pengakuan terhadap kekufuran, bukan sekedar pengakuan terhadap kefasikan saja.
Kami mohon kepada Allah agar memperbaiki kondisi kaum muslimin.
[Disalin dari kitab Majmu Fatawa Arkanil Islam, Edisi Indonesia Majmu’ Fatawa Solusi Problematika Umat
Islam Seputar Akidah Dan Ibadah, Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Penerbit Pustaka
Arafah]
_________
Foote Note
[1]. Dikeluarkan oleh Bukhari dengan maknanya, Kitabun Nikah, Bab Ijabatul Walimah Wal Da’wah 5173
dan Muslim, Kitabun Nikah, Bab Al-Amru Bi Ijabatid Da’I Ilad Da’wah 1429]
Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1389&bagian=0
Hal. 11
almanhaj.or.id - Do'a
Keutamaan Dan Kemuliaan Do'a 1/3
Keutamaan Dan Kemuliaan Do'a 1/3
Sabtu, 24 Januari 2004 08:36:08 WIB
KEUTAMAAN DAN KEMULIAAN DO'A
Oleh
Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih
Bagian Pertama dari Tiga Tulisan [1/3]
[1]. Do'a adalah ibadah berdasarkan firman Allah :
"Artinya : Berdo'alah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". [Ghafir :
60].
Imam Hafizh Ibnu Hajar menuturkan bahwa Syaikh Taqiyuddin Subki berkata : Yang dimaksud doa dalam
ayat di atas adalah doa yang bersifat permohonan, dan ayat berikutnya 'an 'ibaadatiy menunjukkan bahwa
berdoa lebih khusus daripada beribadah, artinya barangsiapa sombong tidak mau beribadah, maka pasti
sombong tidak mau berdoa.
Dengan demikian ancaman ditujukan kepada orang yang meninggalkan doa karena sombong dan barangsiapa
melakukan perbuatan itu, maka dia telah kafir. Adapun orang yang tidak berdoa karena sesuatu alasan, maka
tidak terkena ancaman tersebut. Walaupun demikian memperbanyak doa tetap lebih baik daripada
meninggalkannya sebab dalil-dalil yang menganjurkan berdoa cukup banyak. [Fathul Bari 11/98].
Dari Nu'man bin Basyir bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Doa adalah ibadah", kemudian beliau membaca ayat : "Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari menyembahKu". [Ghafir : 60].
Imam Hafizh Ibnu Hajar menuturkan bahwa Imam At-Thaibi berkata : Sebaiknya hadits Nu'man di atas
difahami secara arti bahasa, artinya berdoa adalah memperlihatkan sikap berserah diri dan membutuhkan
Allah, karena tidak dianjurkan ibadah melainkan untuk berserah diri dan tunduk kepada Pencipta serta merasa
butuh kepada Allah. Oleh karena itu Allah mengakhiri ayat tersebut dengan firman-Nya : "Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu". Dalam ayat ini orang yang tidak mau tunduk
dan berserah diri kepada Allah disebut orang-orang yang sombong, sehingga berdoa mempunyai keutamaan di
dalam ibadah, dan ancaman bagi mereka yang tidak mau berdoa adalah hina dina. [Fathul Bari 11/98].
Catatan :
Hadits yang berbunyi :
Hal. 12
almanhaj.or.id - Do'a
"Artinya : Doa adalah initi ibadah" [Hadits Dhaif]
[Didhaifkan Al-Albani, Ta'liq 'ala Misykatul Masabiih 2/693 No. 2231]
[2]. Doa adalah ibadah yang paling mulia di sisi Allah, dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu berkata
bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Tidak ada sesuatu yang paling mulia di sisi Allah daripada doa". [Sunan At-Timidzi, bab Do'a
12/263, Sunan Ibnu Majah, bab Do'a 2/341 No. 3874. Musnad Ahmad 2/362].
Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa makna hadits tersebut adalah tidak ada sesuatu ibadah qauliyah
(ucapan) yang lebih mulia di sisi Allah daripada doa, sebab membandingkan sesuatu harus sesuai dengan
substansinya. Sehingga pendapat yang mengatakan bahwa shalat adalah ibadah badaniyah yang paling utama
sehingga hal ini tidak bertentangan dengan firman Allah.
"Artinya : Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling
bertakwa diantara kamu". [Al-Hujurat : 13].
[3]. Allah murka terhadap orang-orang yang meninggalkan doa, berdasarkan hadits bahwa Abu Hurairah
Radhiyallahu 'anhu berkata bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Barangsiapa yang tidak meminta kepada Allah, maka Allah akan memurkainya". [Sunan
At-Tirmidzi, bab Do'a 12/267-268].
Imam Hafizh Ibnu Hajar menuturkan bahwa Imam At-Thaibi berkata : "Makna hadits di atas yaitu barangsiapa
yang tidak meminta kepada Allah, maka Dia akan murka begitu pula sebaliknya Dia sangat senang apabila
diminta hamba-Nya". [Fathul Bari 11/98]
Imam Al-Mubarak Furi berkata bahwa orang yang meninggalkan doa berarti sombong dan merasa tidak
membutuhkan Allah.
Imam At-Thaibi berkata bahwa Allah sangat senang tatkala dimintai karunia-Nya, maka barangsiapa yang
tidak memohon kepada Allah, maka berhak mendapat murka-Nya.
Dari hadits di atas menunjukkan bahwa permohonan hamba kepada Allah merupakan kewajiban yang paling
agung dan paling utama, karena menghindar dari murka Allah adalah suatu yang menjadi keharusan.
[Mura'atul Mashabih 7/358]
[4]. Doa mampu menolak takdir Allah, berdasarkan hadits dari Salman Al-Farisi Radhiyallahu 'anhu bahwa
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Tidak ada yang mampu menolak takdir kecuali doa". [Sunan At-Tirmidzi, bab Qadar 8/305-306]
Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa yang dimaksud adalah, takdir yang tergantung pada doa dan berdoa
bisa menjadi sebab tertolaknya takdir karena takdir tidak bertolak belakang dengan masalah sebab akibat,
boleh jadi terjadinya sesuatu menjadi penyebab terjadi atau tidaknya sesuatu yang lain termasuk takdir. Suatu
contoh berdoa agar terhindar dari musibah, keduanya adalah takdir Allah. Boleh jadi seseorang ditakdirkan
tidak berdoa sehingga terkena musibah dan seandainya dia berdoa, mungkin tidak terkena musibah, sehingga
doa ibarat tameng dan musibah laksana panah. [Mura'atul Mafatih 7/354-355].
Hal. 13
almanhaj.or.id - Do'a
Syaikh Utsaimin ditanya : "Kita sering mendengar orang berdoa : Ya Allah kami tidak memohon agar takdir
kami dirubah akan tetapi kami meminta kelembutan dalam takdir tersebut. Apakah doa tersebut dibolehkan .?"
Jawaban :
Berdoa seperti itu dilarang dan haram sebab doa bisa merubah takdir seperti yang telah disebutkan dalam
hadits di atas. Bahkan orang yang berdoa seperti itu menantang Allah dan seakan mengatakan : "Ya Allah
takdirkanlah kepadaku apa saja yang Engkau kehendaki tetapi berilah kelembutan dalam takdir tersebut".
Seharusnya orang yang berdoa berketetapan hati dalam doanya, seperti berdoa : Ya Allah kami memohon
rahmat-Mu dan kami berlindung dari siksaan-Mu, dan doa semisalnya. Apabila seorang berdoa kepada Allah
agar tidak dirubah takdirnya, maka apa manfaatnya sementara doa bisa merubah takdir, dan bisa jadi takdir
tersebut hanya bisa berubah lantaran doa. Yang penting doa tersebut di atas tidak boleh dan hendaknya
dihindarkan serta barangsiapa yang mendengar doa seperti itu sebaiknya menasehatinya. [Liqa' Babul Maftuh
5/45-46]
[Disalin dari buku Jahalatun nas fid du'a, edisi Indonesia Kesalahan Dalam Berdoa, oleh Ismail bin Marsyud
bin Ibrahim Ar-Rumaih, hal 37-42, terbitan Darul Haq, penerjemah Zaenal Abidin, Lc.]
Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=72&bagian=0
Hal. 14
almanhaj.or.id - Do'a
Keutamaan Dan Kemuliaan Do'a 2/3
Keutamaan Dan Kemuliaan Do'a 2/3
Minggu, 25 Januari 2004 09:57:12 WIB
KEUTAMAAN DAN KEMULIAAN DO'A
Oleh
Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih
Bagian Kedua dari Tiga Tulisan [2/3]
[5]. Orang yang paling lemah adalah orang yang tidak mampu berdoa berdasarkan hadits Nabi bahwasanya
beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Orang yang lemah adalah orang yang meninggalkan berdoa dan orang yang paling bakhil adalah
orang yang bakhil terhadap salam". [Al-Haitsami, kitab Majma' Az-Zawaid. Thabrani, Al-Ausath.
Al-Mundziri, kitab At-Targhib berkata : Sanadnya Jayyid (bagus) dan dishahihkan Al-Albani,As-Silsilah
Ash-Shahihah 2/152-153 No. 601].
Imam Manawi berkata bahwa yang dimaksud dengan 'Ajazu an-naasi adalah orang yang paling lemah akalnya
dan paling buta penglihatan hatinya, dan yang dimaksud dengan Min 'ajzin 'an ad-dua'i adalah lemah
memohon kepada Allah terlebih pada saat kesusahan dan demikian itu bisa mendatangkan murka Allah karena
dia meninggalkan perintah-Nya padahal berdoa adalah perkerjaan yang sangat ringan.[Faidhul Qadir 1/556].
Ahli syair berkata.
Janganlah kamu meminta kepada manusia, memintalah
kepada Dzat yang pintu-Nya tidak pernah tertutup.
Allah akan murka jika engkau tidak meminta-Nya,
sementara manusia marah jika sering diminta.
Syair di atas menjadi bantahan terhadap anggapan bahwa yang lebih baik tidak berdoa.
[6]. Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan berdoa, barangsiapa yang meninggalkan doa berarti
menentang perintah Allah dan barangsiapa yang melaksanakan berarti telah memenuhi perintah-Nya. Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Artinya : Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya
Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku, dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka
selalu berada dalam kebenaran". [Al-Baqarah : 186].
Syaikh Sa'di mengatakan bahwa ayat di atas sebagai jawaban atas pertanyaan para sahabat kepada Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam mereka bertanya : Wahai Rasulullah, apakah Allah dekat sehingga kami
memohon dengan berbisik-bisik ataukah Dia jauh sehingga kami memanggil-Nya dengan berteriak ? Maka
Hal. 15
almanhaj.or.id - Do'a
turunlah ayat Allah. [Tafsir At-Thabari dan didhaifkan oleh Imam Ahmad 3/481].
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah
dekat". Karena Allah adalah Dzat Yang Maha Melihat, Maha Mengetahui dan Maha Menyaksikan terhadap
sesuatu yang tersembunyi, rahasia dan mengetahui perubahan pandangan mata serta isi hati. Allah juga dekat
dengan hamba-Nya yang meminta dan selalu sanggup mengabulkan permintaan. Maka Allah berfirman : "Aku
mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku".
Doa adalah dua macam yaitu doa ibadah dan doa permohonan. Kedekatan Allah dengan hamba-Nya terbagi
dua macam yaitu ; kedekatan ilmu-Nya dengan setiap mahluk-Nya dan kedekatan dengan hamba-Nya dalam
memberikan setiap permohonan, pertolongan dan taufik kepada mereka.
Barangsiapa yang berdoa kepada Allah dengan hati yang khusyu' dan berdoa sesuai dengan aturan syariat serta
tidak ada penghalang diterima doa tersebut seperti makan makanan yang haram atau semisalnya, maka Allah
berjanji akan mengabulkan permohonan tersebut. Apalagi bila disertai hal-hal yang menyebabkan terkabulnya
doa seperti memenuhi perintah Allah, meninggalkan larangan-Nya baik secara ucapan maupun perbuatan dan
yakin bahwa doa tersebut akan dikabulkan. Maka Allah berfirman : "Maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah)Ku dan hedaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran".
Artinya orang yang berdoa akan berada dalam kebenaran yaitu mendapatkan hidayah untuk beriman dan
berbuat amal shalih serta terhindar dari kejahatan dan kekejian. [Tafsir As-Sa'di 1/224-225].
[7]. Imam Zarkasi berkata bahwa konsentrasi dalam berdoa serta menunjukkan sikap rendah, tunduk,
penghambaan dan merasa membutuhkan Allah adalah merupakan ibadah yang paling agung bahkan demikian
itu menjadi syarat sahnya ibadah.
Allah berjanji akan memberikan pahala orang yang berdoa, meskipun tidak dikabulkan doanya.
[8]. Berdoa adalah menyibukkan diri untuk mengingat Allah sehingga timbul dalam hati rasa pengagungan
terhadap kebesaran Allah dan ingin kembali kepada-Nya berhenti dari maksiat. Sering mengetuk pintu
mempunyai kesempatan besar untuk masuk, sehingga ada pepatah bahwa barangsiapa yang sering mengetuk
pintu, maka suatu saat akan diberi izin masuk sehingga dikatakan :"Diberi kesempatan berdoa lebih baik
daripada diberi sesuatu".
[9]. Banyak berdoa bisa menghindarkan bencana dan musibah, sebagaimana firman Allah yang mengkisahkan
tentang Nabi Ibrahim 'Alaihis Salam :
"Artinya : Dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa
kepada Tuhanku". [Maryam : 48]
Dan firman Allah tentang Nabi Zakaria 'Alaihis Salam.
"Artinya : Ia berkata :'Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban,
dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku". [(Maryam : 4) Al-Azhiyah fi
Ahkamil Ad'iyah hal. 38-42].
[Disalin dari buku Jahalatun nas fid du'a, edisi Indonesia Kesalahan Dalam Berdoa, oleh Ismail bin Marsyud
bin Ibrahim Ar-Rumaih hal 43-47, terbitan Darul Haq, penerjemah Zaenal Abidin Lc.]
Hal. 16
almanhaj.or.id - Do'a
Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=73&bagian=0
Hal. 17
almanhaj.or.id - Do'a
Keutamaan Dan Kemuliaan Do'a 3/3
Keutamaan Dan Kemuliaan Do'a 3/3
Senin, 26 Januari 2004 15:03:01 WIB
KEUTAMAAN DAN KEMUALIAAN DO'A
Oleh
Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih
Bagian Terakhir dari Tiga Tulisan [3/3]
[10]. Sebagian orang hanya berdoa sekali atau dua kali dan setelah merasa tidak dikabulkan, lalu berhenti
berdoa. Jelas tindakan seperti itu adalah tindakan yang keliru bahkan dia harus terus menerus mengulangi
doanya hingga Allah mengabulkannya.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Do'a seorang hamba akan selalu dikabulkan selagi tidak memohon sesuatu yang berdosa atau
pemutusan kerabat, atau tidak tergesa-gesa. Mereka bertanya : Apa yang dimaksud tergesa-gesa ? Beliau
menjawab : " Dia berkata ; Saya berdoa berkali-kali tidak dikabulkan, lalu dia merasa menyesal kemudian
meninggalkan doa". [Shahih Muslim, kitab Dzikir wa Do'a 4/87].
Menurut Imam An-Nawawi yang dimaksud menyesal adalah meninggalkan doa. [Syarh Shahih Muslim
17/52].
Maka seharusnya seorang hamba harus terus berdoa dan tidak boleh bosan serta merasa tidak dikabulkan
doanya. Dalam ucapan : "Saya berdoa berkali-kali tetapi tidak dikabulkan".
Syaikh Al-Mubarak Furi mengatakan bahwa Syaikh Al-Qari berkata : "Yang dimaksud dengan kalimat
tersebut adalah tidak melihat hasil doa saya. Terkadang merasa doanya lambat dikabulkan atau putus asa dari
berdoa dan keduanya tercela. Perlu diketahui, ada waktu tertentu untuk terkabulnya doa, sebagaimana yang
diriwayatkan bahwa doa Musa dan Harun agar Fir'aun dihancurkan oleh Allah baru terkabul setelah empat
puluh tahun. Adapun berputus asa dari rahmat Allah tidak akan terjadi kecuali atas orang-orang kafir".
[Mura'atul Mafatih 7/348].
Imam Hafizh Ibnu Hajar berkata bahwa di dalam hadits di atas terdapat etika berdoa yaitu terus mengajukan
permohonan dan tidak berputus asa dalam berdoa sebab demikian itu merupakan bagian dari sikap ketundukan
dan penyerahan diri kepada Allah serta merasa membutuhkan Allah, oleh karena itu sebagian ulama salaf
berkata : "Kami lebih takut dihalangi untuk berdoa daripada dihalangi terkabulnya doa".
Imam Ad-Dawudi berkata : "Dikhawatirkan orang yang mengatakan bahwa dia selalu berdoa tetapi tidak
dikabulkan maka doanya benar-benar tidak dikabulkan, atau benar-benar tidak dikabulkan penangguhan siksa
akhirat atau pengampunan dosa-dosanya".
Hal. 18
almanhaj.or.id - Do'a
Imam Ibnul Jauzi berkata : "Ketahuilah bahwa doa orang mukmin tidak mungkin ditolak, boleh jadi ditunda
pengkabulannya lebih baik atau digantikan sesuatu yang lebih maslahat dari pada yang diminta baik di dunia
atau di akhirat. Sebaiknya seorang hamba tidak meninggalkan berdoa kepada Rabbnya sebab doa adalah
ibadah yaitu ibadah penyerahan dan ketundukan kepada Allah". [Fathul Bari 7/348 ]
Dari Aisyah Radhiyallahu 'anha bahwa beliau berkata : "Tatkala Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
terkena sihir orang Yahudi bernama Lubaid bin A'sham, beliau berkata sehingga seakan-akan Rasulullah
melakukan sesuatu padahal tidak melakukannya hingga pada suatu malam Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam berdoa kemudian berdoa dan terus berdoa". [Shahih Muslim, kitab Salam bab Sihir 7/14]
Imam An-Nawawi berkata bahwa hadits di atas menekankan kepada setiap hamba tatkala tertimpa bencana
atau musibah untuk memperbanyak doa dan terus berserah diri kepada Allah. [Syarh Shahih Muslim 7/14].
Dari Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu 'anhu berkata bahwa tatkala saya mulai bertempur saat perang Badr
saya kembali dengan cepat untuk melihat apa yang dikerjakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam,
ternyata beliau sedang bersujud dan membaca : Wahai Dzat Yang Maha Hidup dan Maha Kekal, Wahai Dzat
Yang Maha Hidup dan Maha Kekal, kemudian saya kembali bertempur, lalu saya kembali lagi ke tempat
Rasulullah, saya temui beliau dalam keadaan sujud, kemudian saya kembali bertempur lalu saya kembali ke
tempat beliau dan saya temui masih membaca doa tersebut sehingga Allah memberikan kemenangan". [Sunan
At-Tirmidzi, bab Doa 13/78. Dishahihkan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 11/98]
Dari Ubadah bin Shamit Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Tidak ada seorang muslim berdoa kepada Allah di dunia dengan suatu permohonan kecuali Allah
akan mengabulkannya atau menghilangkan daripadanya keburukan yang semisalnya, selagi tidak berdoa
sesuatu dosa atau pemutusan kerabat. Ada seorang laki-laki dari suatu kaum berkata : Jikalau begitu saya akan
memperbanyak (doa). Beliau bersabda : '"Allah mengabulkan doa lebih banyak daripada yang kalian minta".
[Sunan At-Tirmidzi, bab Doa 13/78. Dishahihkan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul bari 11/98].
[11]. Hadits yang berbunyi.
"Artinya : Allah mencintai orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam berdoa". [Hadits Dhaif, Al-Albani
berkata dalam Silsilah Dhaifah bahwa hadits ini bathil 2/96-97].
[Disalin dari buku Jahalatun nas fid du'a, edisi Indonesia Kesalahan dalam Berdoa, oleh Ismail bin Marsyud
bin Ibrahim Ar-Rumaih, hal. 47-51, terbitan Darul Haq, penerjemah Zaenal Abidin, Lc]
Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=78&bagian=0
Hal. 19
almanhaj.or.id - Do'a
Membaca Istighfar Untuk Orang Kafir
Membaca Istighfar Untuk Orang Kafir
Sabtu, 10 April 2004 07:12:02 WIB
MEMBACA ISTIGHFAR UNTUK ORANG KAFIR
Oleh
Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih
Mendoakan orang kafir agar diberi rahmat dan pengampunan adalah diharamkan, dan barangsiapa yang
melakukannya, maka dia telah berdosa dan tridak dikabulkan do’anya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Artinya : Tidak sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi
orang-orang musyrik walaupun orang-orang musyrik itu adalah kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka,
bahwasanya orang-orang musyrik itu, itu adalah penghuni neraka Jahannam. Dan permintaan ampun dari
Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah di-ikrarkannya
kepada bapakanya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu musuh Allah, maka Ibrahim
berlepas diri daripadanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun”
[At-Taubah : 113-114]
Imam At-Thabari berkata bahwa yang dimaksud dengan ayat di atas, tidak patut bagi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang beriman memintakan ampun kepada Allah untuk orang-orang musyrik
meskipun mereka kerabat sendiri, setelah datang penjelasan dari Allah bahwa mereka termasuk penghuni
neraka Jahim, artinya setelah mereka meninggal dunia dalam keadaan syirik dan menyembah berhala maka
jelas mereka termasuk penghuni neraka. Sebab Allah telah memutuskan bahwa orang yang meninggal dalam
keadaan syirik tidak akan diampuni dosanya. Sehingga tidak patut seseorang meminta kepada Allah sesuatu
yang telah diketahui bahwa Dia tidak mungkin melakukannya. Jika mereka berhujjah bahwa Nabi Ibrahim
memintakan ampun kepada Allah untuk bapaknya, maka jawabannya bahwa permintaan ampun untuk
bapaknya tidak lain hanyalah suatu janji yang telah diikrarkan kepada bapaknya. Maka setelah jelas bahwa
bapaknya adalah musuh Allah dia meninggalkannya dan beristighfar serta berlepas diri daripadanya dan lebih
memilih Allah serta mendahulukan perintahNya. [Tafsir Thabari 11/30]
Dan boleh mendo’akan kejelekan atas mereka agar dibutakan hati mereka dan tidak menerima cahaya iman.
Sebagaimana firman Allah.
“Artinya : Musa berkata : ‘Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir’aun dan
pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuahn kami –akibatnya
mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan
kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih. Allah
berfirman : ‘Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua
pada jalan yang lurus dan janganlah sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetaui”
[Yunus : 88-89]
Dari Abdullah Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri shalat di
Hal. 20
almanhaj.or.id - Do'a
samping Ka’bah, maka datanglah sekumpulan orang Quraisy, ada seorang diantara mereka yang berkata :
“Adakah di antara kalian yang mau mencari kotoran onta baik berupa darah, kotoran atau usus-ususnya untuk
dibawa kemari dan jika Muhammad sujud, kita letakkan kotoran tersebut diatas pundaknya. Lalu di antara
mereka yang paling celaka mencari kotoran dan tatkala Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam sujud kotoran
itu diletakkan di atas pundaknya sehingga beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tertahan sujudnya. Dan mereka
tertawa terbahak-bahak melihat tontonan tersebut. Setelah itu Juwairiyah menyampaikan kejadian tersebut
kepada Fatimah, maka Fatimah seegera datang ke tempat kejadian dan dalam keadaan beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersujud Fatimah menyingkirkan kotoran tersebut. Kemudian Fatimah mendatangi mereka
dan menghardiknya. Seusai shalat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a : “Ya Allah hancurkanlah
kaum Quraisy, Ya Allah hancurkanlah kaum Quraisy, Ya Allah hancurkanlah kaum Quraisy. Kemudian beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendo’akan mereka dengan menyebutkan namanya satu persatu ; ‘Ya Allah
hancurkan Amr bin Hiysam, Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, Walid bin Utbah, Ummayah bin Khalaf,
Uqbah bin Abu Muith dan Amarah bin Al-Walid’. Abdullah berkata : “Demi Allah saya menyaksikan mereka
semuanya terkapar mati di perang Badr. Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat mereka semua
pada waktu perang Badr” [Shahih Al-Bukhari, kitab Ash-Shalat bab Mar’ah Tuthrah ala Mushalla minal
‘Adza 1/131]
Imam Hafizh Ibnu hajar berkata bahwa sesekali Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a kepada Allah
agar mereka dihancurkan dan kadang-kadang beliau Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a kepada
Allah agar mereka diberi hidayah, pada saat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapat tekanan yang
sangat dahsyat, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menempuh cara yang pertama dan apabila banyak
yang beriman dan yang lainnya diharapkan masuk Islam, maka beliau berdo’a kepada Allah agar mereka
mendapat hidayah. [Fathul Barii 6/126]
Dibolehkan mendo’akan atas orang kfir agar Allah menahan hujan dari langit atau menurunkannya. Dari
Masruq bahwa beliau berkata : Saya datang kepada Abdullah Ibnu Mas’ud dan dia berkata : Setelah lama
kaum Quraisy tidak menanggapi ajakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau berdo’a agar
tidak turun hujan kepada mereka dan terjadilah paceklik sehingga banyak yang meninggal dan memakan
bangkai atau tulang. Kemudian Abu Sufyan mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata :
‘Wahai Muhammad, engkau datang menyuruh untuk menyambung kerabat, sesungghnya kaum-mu banyak
yang binasa, maka berdo’alah kepada Allah. Lalu beliau memnbaca ayat.
“Artinya : Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata” {Ad-Dukhan : 10]
Tetapi mereka kembali kafir kepada Allah sebagaimana firman Allah yang turun pada saat perang Badr.
“Artinya : (Ingatlah) hari (ketika) kami menghantam mereka dengan hantaman yang keras” [Ad-Dukhan : 16]
Dan dalam Riwayat lain dari Mansur bahwsanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a agar turun
hujan, maka seketika itu, hujanpun turun dengan lebat. [Shahih Al-Bukhari, bab Istisqa 2/19]
Dan boleh berdo’a kepada Allah agar diberi hidayah berdasarkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu
bahwa dia berkata : Thufail bin Amr datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata :
“Sesungguhnya kabilah Daus banyak yang binasa karena mereka sering bermaksiat dan membangkang, maka
berdo’alah untuk mereka. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a.
“Artinya : Ya Allah berilah petunjuk kabilah Daus agar masuk Islam” [Shahih Al-Bukhari, kitab Ad-Da’waat
bab Do’a 7/167]
Hal. 21
almanhaj.or.id - Do'a
[Disain dari buku Jahalatun Nas Fid Du’a edisi Indonesia Kesalahan Dalam Berdo’a hal. 24-29 Darul Haq]
Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=609&bagian=0
Hal. 22
almanhaj.or.id - Do'a
Memohon Kepada Allah Dengan Kedudukan Para Nabi Atau Orang Shalih
Memohon Kepada Allah Dengan Kedudukan Para Nabi Atau Orang Shalih
Selasa, 30 Maret 2004 08:53:29 WIB
MEMOHON KEPADA ALLAH DENGAN KEDUDUKAN PARA NABI ATAU ORANG SHALIH
Oleh
Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih
Lajnah Da’imah Lil Ifta ditanya : “Apakah boleh seseorang memohon kepada Allah dengan perantara para
nabi dan orang-orang shalih, sebab di antara para ulama ada yang membolehkan, karena do’a tersebut tetap
ditujukan kepada Allah dan sebagian mereka ada yang melarangnya. Bagaimanakah hukum Islam dalam
masalah ini ?”
Jawaban.
Wali adalah setiap orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah dengan mengerjakan perintahNya dan
menjauhi laranganNya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Artinya : Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa” [Yunus : 61-62]
Macam-macam tawassul kepada Allah dengan perantara wali-waliNya.
Pertama.
Seseorang bertawasul dengan do’a seorang wali yang masih hidup, dengan do’a wali tersebut Allah meluaskan
rizkinya atau memberi kesembuhan, hidayah dan taufik atau semisalnya. Sebagaimana yang dilakukan para
sahabat tatkala hujan tak kunjung datang, mereka bertawasul kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
untuk memohon agar turun hujan, seketika itu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memohon kepada Allah
supaya menurunkan hujan. Tidak lama kemudian do’a beliau dikabulkan oleh Allah dan turunlah hujan
dengan lebat. [Shahih Muslim, kitab Al-Istisqa bab Do’a Fil istisqa 3/24-25]
Contoh lain para sahabat yang bertawassul kepada Abbas di zaman Khalifah Umar bin Khaththab
Radhiyallahu ‘anhu meminta agar beliau berdo’a kepada Allah untuk memohon diturunkan hujan. Lalu Abbas
bin Abu Thalib Radhiyallahu ‘anhu bedo’a kepada Allah yang diamini para sahabat. [Shahih Al-Bukhari, bab
Istisqa Fi Yaumil Jum’ah 2/18]
Bertawasul dengan do’a orang shalih yang masih hidup untuk mendatangkan manfa’at atau menghilangkan
madharat sering terjadi pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat.
Kedua.
Bertawasul kepada Allah dengan perantara cinta kepada Nabi dan mengikutinya atau cinta kepada para wali
dengan mengucapkan : ‘Ya Allah dengan perantara kecintaan dan ketaatanku kepada NabiMu atau
kecintaanku kepada para waliMu, maka kabulkanlah permintaanku.
Demikian itu boleh karena termasuk tawassul dengan amal shalih sebagaimana tawassulnya orang-orang yang
terperangkap di dalam goa lalu mereka bertawassul kepada Allah dengan amal shalih mereka masing-masing.
[Shahih Al-Bukhari, kitab Badul Khalq 4/147-148]
Hal. 23
almanhaj.or.id - Do'a
Ketiga.
Bertawassul kepada Allah dengan perantara kedudukan para nabi dan para wali dengan mengucapkan : “Ya
Allah saya bertawassul kepadaMu dengan perantara kedudukan para nabi atau kedudukan Husain, maka
kabulkanlah permintaanku. Meskipun kedudukan para nabi dan wali sangat agung khususnya Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, akan tetapi kedudukan tersebut bukan menjadi penyebab
terkabulkannya do’a. Oleh sebab itu tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah wafat, maka para sahabat
Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak bertawassul dengan kedudukan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam akan
tetapi datang kepada paman beliau yang masih hidup untuk berdo’a kepada Allah agar diturunkan hujan.
Padahal kedudukan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sangat tinggi dan mulia di atas mereka, akan
tetapi tidak ada sahabatpun yang bertawassul dengan kedudukan Nabi setelah wafatnya. Sementara mereka
adalah generasi umat terbaik yang paling tahu tentang kedudukan beliau dan generasi yang sangat menctainya.
Keempat.
Berdo’a kepada Allah dengan bertawassul dan bersumpah dengan kedudukan para wali atau para nabi seperti
ucapan mereka : Ya Allah demi kedudukan para waliMu atau para nabiMu, kabulkanlah permintaanku. Hal
tersebut dilarang karena bersumpah dengan makhluk untuk makhluk saja tidak boleh apalagi bersumpah
dengan makhluk untuk khalik (Pencipta). Tidak ada keharusan untuk bersumpah dengan kedudukan para wali
dengan anggapan mereka lebih dekat kepada Allah.
Inilah penjelasan yang sesuai dengan dalil-dalil dan sangat relevan dengan tujuan untuk menjaga kemurnian
aqidah dan kesyirikan. [Fatawa Islamiyah 1/48-49]
Faedah.
Tujuan meminta do’a dari seseorang yang mustajab doanya adalah memohon manfaat untuk orang yang
dimintakan dan orang yang meminta. Sebab orang yang mendo’akan orang lain dari tempat yang jauh, para
malaikat pasti berkata kepadanya : Bagimu kebaikan seperti yang kamu mintakan untuknya. Sebaiknya tujuan
meminta do’a bukan hanya untuk kemanfaatan bagi yang meminta saja, sebab dapat merendahkan
kehormatannya meskipun hal itu dibolehkan.[Fawaid Muntaqa’ Syarh Kitab Tauhid oleh Syaikh Utsaimin
hal.76]
[Disain dari buku Jahalatun Nas Fid Du’a edisi Indonesia Kesalahan Dalam Berdo’a hal. 9-13 Darul Haq]
Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=558&bagian=0
Hal. 24
almanhaj.or.id - Do'a
Mengangkat Kedua Tangan Pada Saat Khutbah Jum'at Dan Mengusap Wajah Sesudah Berdo'a
Mengangkat Kedua Tangan Pada Saat Khutbah Jum'at Dan Mengusap Wajah Sesudah Berdo'a
Minggu, 30 Januari 2005 09:04:51 WIB
MENGANGKAT KEDUA TANGAN PADA SAAT KHUTBAH JUM’AT
Oleh
Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih
Pertanyaan.
Syaikh Abddul Aziz bin Baz ditanya : “Apa hukumnya mengangkat kedua tangan bagi makmum tatkala
mengamini doa imam pada waktu khhutbah Jum’at. Dan apa hukumnya mengeraskan ucapan amin ?”
Jawaban.
Tidak ada anjuran baik bagi imam maupun bagi makmum untuk mengangkat tangan tatkala berdo’a pada
waktu khutbah jum’at sebab Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Khulafaurrasyidun tidak
melakukan hal tersebut.
Akan tetapi jika berdoa istisqa’ dalam khutbah Jum’at, maka dianjurkan bagi imam dan makmum untuk
mengangkat tangan pada waktu berdoa istisqa’, karena pada waktu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
membaca do’a istisqa’, beliau mengangkat tangannya dan juga para jama’ah bersama beliau.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu” [Al-Ahzab : 21]
Dibolehkan membaca amin bagi makmum pada waktu mendengar doa imam pada saat khutbah Jum’at asalkan
tanpa mengeraskan suara”
[Fatawa Islamiyah 1/427]
MENGUSAP WAJAH SESUDAH BERDOA
Sebagian orang sesudah berdoa mengusap wajah dengan kedua telapak tangannya, padahal tidak ada hadits
satupun yang shahih yang membenarkan perbuatan tersebut. Yang paling baik adalah mengikuti sunnah Rasul
dan yang paling buruk adalah segala tindakan menentang sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Seorang yang berdoa hendaknya tidak mengusapkan kedua telapak tangan sesudah berdoa, sebab tanpa itu dia
akan mendapat pahala.
Abu Daud berkata bahwa saya mendengar Imam Ahmad ditanya oleh salah seorang tentang hukum mengusap
wajah sesudah berdoa, maka beliau menjawab : “Saya tidak pernah mendengar itu dan saya tidak pernah
mendapatkan sesuatu tentang itu. Abu Daud berkata : Saya tidak pernah melihat Imam Ahmad mengerjakan
Hal. 25
almanhaj.or.id - Do'a
hal itu. [Abu Daud dalam Masail Imam Ahmad hal.71]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata bahwa mengangkat tangan pada saat berdoa adalah sunnah berdasarkan
hadits-hadits yang sangat banyak, tetapi tentang mengusap wajah dengan kedua telapak tangan tidak saya
temukan kecuali satu atau dua hadits, itupun tidak bisa dipakai sebagai dasar amalan tersebut.[Majmu Fatawa
22/519]
Syaikh Al-Izz bin Abdussalam berkata bahwa tidaklah mengusap wajah dengan kedua telapak tangan sesudah
berdoa kecuali orang-orang bodoh saja. [Fatawa Izz bin Abdussalam]
[Disalin dari buku Jahalatun Nas Fid Du’a edisi Indonesia Kesalahan Dalam Berdo’a hal. 75-76 &81-82ul
Haq]
Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1326&bagian=0
Hal. 26
almanhaj.or.id - Do'a
Mengangkat Tangan Pada Waktu Berdo'a Setelah Shalat Fardhu
Mengangkat Tangan Pada Waktu Berdo'a Setelah Shalat Fardhu
Rabu, 22 September 2004 22:57:00 WIB
MENGANGKAT TANGAN SETELAH RUKU
Oleh
Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih
Sebagian orang ada yang mengangkat tangan setelah bangun dari ruku seperti mengangkat tangan tatkala
berdoa. Cara seperti ini tidak ada contohnya akan tetapi yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam adalah seperti mengangkat tangan pada waktu Takbiratul Ihram. Barangsiapa yang melakukan
perbuatan tersebut hendaknya dihindari dan diperingatkan dengan keras. Dari Abdullah Ibnu Umar bahwa
tatkala beliau memulai shalat bertakbir sambil mengangkat kedua tangan dan tatkala mengucap : “Sami’allahu
liman hamidah” mengangkat kedua tangan dan tatkala bangun dari rakaat yang kedua beliau juga mengangkat
kedua telapak tangan, dan hadits ini disandarkan oleh Ibnu Umar kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
MENGANGKAT TANGAN PADA WAKTU BERDOA SETELAH SHALAT FARDHU.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz ditanya : Apakah ada hadits yang menganjurkan berdoa mengangkat tangan
setelah shalat fardhu, sebab ada orang yang mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak
pernah mengangkat tangan tatkala berdoa setelah shalat fardhu ?
Jawaban.
Sepengetahuan saya tidak ada dalil dari hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam maupun contoh dari para
sahabat tentang berdoa mengangkat tangan setelah shalat fardhu. Dan apa yang dikerjakan oleh sebagian orang
berdoa mengangkat tangan setelah shalat fardhu adalah perbuatan bid’ah berdasaerkan sabda Nabi.
“Artinya : Barangsiapa yang mengerjakan amal perbuatan yang bukan dari ajaranku, maka tertolak” [Hadits
Riwayat Al-Bukhari]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Barangsiapa yang mengada-ada sesuatu yang bukan dari ajaranku, maka tertolak” [Muttafaqun
‘Alaih]
[Fatawa Islamiyah 1/319]
[Disalin dari buku Jahalatun Nas Fid Du’a edisi Indonesia Kesalahan Dalam Berdo’a hal. 70-72 Darul Haq]
Hal. 27
almanhaj.or.id - Do'a
Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1039&bagian=0
Hal. 28
almanhaj.or.id - Do'a
Mengeraskan Suara Dalam Berdo'a
Mengeraskan Suara Dalam Berdo'a
Sabtu, 29 Mei 2004 07:27:47 WIB
MENGERASKAN SUARA DALAM BERDOA
Oleh
Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih
Sebagian orang ada yang berdoa dengan mengeraskan suara, padahal demikian itu bertentangan dengan
sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahkan seorang yang berdoa hendaknya melembutkan
suaranya sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Artinya : Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku
adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon padaKu” [Al-Baqarah :
186]
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Artinya : Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas” [Al-A’raaf : 55]
Syaikh As-Sa’di berkata bahwa Allah memerintahkan agar kita berdoa dengan berendah diri dan mengiba
yang disertai rasa ketundukan serta dengan suara yang lembut sebagai bukti keikhlasan dalam berdoa. [Tafsir
As-Sa’di 3/40]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata bahwa sunnah dalam berdoa dan berdzikir adalah dengan suara yang
lembut kecuali ada sebab syar’i yang menganjurkan untuk mengeraskannya, berdasarkan firman Allah.
“Artinya : Berdoalah kepada Tuhamnu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas” [Al-A’raaf : 55]
Dan juga firman Allah tentang doa Zakaria.
“Artinya : Yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut” [Maryam : 3] [Majmu Fatawa
22/468-469]
Banyaka di antara orang yang melakukan thawaf berdoa dengan mengeraskan suara, hal itu bertentangan
dengan sunnah Nabi, sebab jika seandainya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengeraskan doanya
pada saat thawaf, niscaya kita akan mendapatkan riwayat tentang itu, tidak ada satu pun hadits yang
menerangkan bahwa Rasulullah mengeraskan bacaan doa pada saag thawaf dan sa’i. Berarti yang benar adalah
tidak diperbolehkan mengeraskan suaar di dalam berdoa pada waktu thawaf dan sa’i.
Hal. 29
almanhaj.or.id - Do'a
[Disalin dari buku Jahalatun Nas Fid Du’a edisi Indonesia Kesalahan Dalam Berdo’a hal. 56-58 Darul Haq]
Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=761&bagian=0
Hal. 30
almanhaj.or.id - Do'a
Menggantungkan Do'a Dengan Kehendak
Menggantungkan Do'a Dengan Kehendak
Rabu, 21 April 2004 08:50:44 WIB
MENGGANTUNGKAN DO’A DENGAN KEHENDAK
Oleh
Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih
Sebagian orang ada yang berdo’a : “Semoga Allah memasukkan kita semua ke dalam Surga Insya Allah”,
padahal do’a seperti ini dilarang. Seharusnya seseorang berketetapan hati dalam berdo’a dan tidak
menggantungkannya dengan kehendak Allah.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Janganlah di antara kalian berdo’a dengan mengucapkan : “Ya Allah, ampunilah aku bila Kamu
menghendaki, ya Allah berilah rahmat kepadaku bila Kamu menghendaki dan hendaknya berketetapan hati
dalam meminta sebab demikian itu tidak dibenci” [Shahih Al-Bukhari, kitab Ad-Da’awaat bab Liya’zim
Mas’alah 7/153]
Imam Hafizh Ibnu Hajar berkata bahwa yang dimaksud dengan masalah adalah berdo’a, artinya kita harus
bersungguh-sungguh dalam berdo’a dan berkeyakinan bahwa do’a tersebut pasti akan dikabulkan oleh Allah
serta tidak menggantungkannya dengan kehendak Allah.
Ibnu Baththal berkata bahwa hadits di atas mengharuskan agar orang yang berdo’a bersungguh-sungguh dalam
do’anya dan berharap agar do’anya dikabulkan serta tidak putus asa dalam berdo’a dari rahmat Allah sebab dia
berdo’a kepada dzat Yang Maha Pemurah.
Imam Ad-Dawudi berkata bahwa yang dimaksud dengan berketetapan hati dalam berdo’a adalah
bersungguh-sungguh dan merendahkan diri dalam berdo’a dan tidak mengucapkan : “Ya Allah kabulkanlah
permohonanku bila Engkau kehendaki” Seakan-akan membuat pengecualian dalam do’anya. Akan tetapi
sebaiknya berdo’a seperti orang yang sedang sangat membutuhkan dan faqir. Apabila tidak membuat
pengecualian dalam do’anya, namun hanya mengucapkan kalimat insya Allah untu bertabarruk, maka hal
tersebut tidak dilarang bahkan dianjurkan” [Fathul Barii 11/144-145]
Imam An-Nawawi berkata bahwa dianjurkan bersungguh-sungguh dalam berdo’a dan dimakruhkan
menggantungkan dengan kehendak Allah. Para ulama berpendapat bahwa dimakruhkan menggantungkan do’a
dengan kehendak Allah sebab kalimat insya Allah hanya pantas ditujukan kepada dzat yang dipaksa untuk
memberi dan Allah Maha Suci dari demikian itu. [Syarh Shahih Muslim 17/7]
Syaikh Bin Baz ditanya tentang hukumnya orang yang mengatakan :”Di Surga kita bertemu insya Allah”
Jawaban.
Do’a seperti itu adalah bagus, boleh kita berdo’a semoga kita semua dikumpulkan Allah dalam Surga tetapi
tidak boleh diiringi dengan ucapan insya Allah bahkan sebaiknya kita berdoa memohon agar kita
Hal. 31
almanhaj.or.id - Do'a
dipertemukan oleh Allah di dalam Surga dengan karuniaNya, tanpa harus mengucapkan kalimat insya Allah
dan tidak mengecualikan dalam do’anya. [Majalah Ad-Da’wah no. 1454 Rabiul Awwal 1415]
[Disalin dari buku Jahalatun Nas Fid Du’a edisi Indonesia Kesalahan Dalam Berdo’a hal. 30-32 Darul Haq]
Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=652&bagian=0
Hal. 32
almanhaj.or.id - Do'a
Meninggalkan Do'a
Meninggalkan Do'a
Sabtu, 1 Mei 2004 11:44:30 WIB
MENINGGALKAN DOA
Oleh
Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih
Termasuk kekeliruan manusia yang paling besar adalah meninggalkan berdoa dan menjauhinya, demikian itu
disebabkan oleh beberapa hal.
Sebagian orang beranggapan bahwa tidak berdoa lebih baik daripada berdoa, jelas anggapan ini bertentangan
dengan dalil-dalil dari Al-Qur’an maupun hadits-hadits.
Imam Hafizh Ibnu Hajar berkata bahwa Qusyairy meriwayatkan dalam kitab Ar-Risalah tentang perbedaan
pendapat dalam masalah berdoa mana yang lebih baik berdoa atau diam tidak berdoa dan rela menerima
ketentuan takdir. Sebagian ulama bependapat bahwa lebih baik berdoa sebab dalil-dalil tentang doa banyak
sekali dan berdoa sebagai bukti sikap rendah diri dan rasa membutuhkan.
Sebagian yang lainnya berpendapat bahwa diam dan rela menerima putusan takdir lebih baik daripada berdoa
sebagai bukti penyerahan dan kerelaan penuh dalam menerima pembagian dan karunia Allah. Orang yang
berdoa tidak tahu apa yang telah diputuskan untuknya jika Allah telah mentakdirkan apa yang sedang diminta
berarti memohon sesuatu yang sudah diberikan, dan apabila Allah tidak mentakdirkan apa yang diminta berarti
melawan kehendak.
Jawaban dari masalah tersebut sebagai berikut.
Doa adalah bagian dari ibadah sebagai bukti ketundukkan dan bukti kelemahan kita dihadapan Allah.
Jika dia berkeyakinan bahwa tidak akan terjadi kecuali sesuatu yang telah ditakdirkan, bukan berarti berdoa
adalah tindakan melawan takdir akan tetapi untuk memperlihatkan rasa ketundukan kepada Allah. Karena
berdoa memiliki beberapa keutamaan ; antara lain mendapatkan pahala dari Allah atau untuk mendapatkan
sesuatu yang tidak mungkin terjadi kecuali harus berdoa, karena Allah menjadikan setiap sesuatu dengan
sebab-sebabnya. [Fathul Bari 11/98]
Catatan :
[1]. Hadits yang berbunyi.
“Artinya : Barangsiapa yang sibuk berdzikir kepadaKu sehingga lupa berdoa, maka Aku akan memberinya
sesuatu yang lebih baik dari apa yang Aku berikan kepada orang yang berdoa” [Hadits Dhaif, didhaifkan oleh
Ibnu Hajar, Fathul Bari 11/138]
[2]. Ucapan : “Mengilmui tentang sifat-sifatKu cukup bagi hambaKu dari pada meminta kepadaKu”, adalah
ucapan yang tidak benar bila disandarkan kepada Nabi Ibrahim bahkan ucapan tersebut batil. Sebab Allah
Hal. 33
almanhaj.or.id - Do'a
tetap memerintahkan kita untuk berdoa, padahal Dia lebih tahu tentang sifat dan keadaan makhlukNya.
[Al-Fawaid Al-Muntaqa hal.39]
[3]. Setan mendatangi seseorang lalu membisikkan godaan agar dia enggan berdoa, dan setan berkata : Wahai
manusia, kamu adalah hamba yang banyak berbuat dosa dan ahli maksiat, bagaimana kamu berdoa kepada
Allah sementara kamu sering meninggalkan perintahNya, lalu orang tersebut tergoda dan berhenti berdoa.
Imam Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa Ibnu ‘Uyainah berkata : Janganlah kalian berhenti berdoa tatkala
merasa berdosa sebab Allah telah mengabulkan doa hambaNya yang paling jahat yaitu Iblis tatkala berdoa.
“Artinya : Ya Allah beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan” [Al-A’raaf : 14] [Fathul Bari
11/144-145]
Banyak manusia tidak mengerti kautamaan dan kemuliaan berdoa. Al-Mubarak Furi berkata : Ketahuilah
bahwa berdoa dan memohon kepada Allah adalah ibadah yang paling utama dan mulia, Allah memerintahkan
kepada hambaNya dan Allah menjamin akan mengkabulkan doa tersebut. [Mar’atul Mafatih 7/339]
Imam Syafi’i berkata dalam syairnya.
Apakah kamu melecehkan dan meremehkan do’a.
Kamu tidak tahu rahasia yang terkandung dalam berdo’a
Panah di malam hari tidak bisa ditelusuri
Namun semua pasti mempunyai batas akhir.
[Disalin dari buku Jahalatun Nas Fid Du’a edisi Indonesia Kesalahan Dalam Berdo’a hal. 33-36 Darul Haq]
Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=677&bagian=0
Hal. 34
almanhaj.or.id - Do'a
Orang Yang Dikabulkan Do'anya 1/2
Orang Yang Dikabulkan Do'anya 1/2
Rabu, 28 Januari 2004 17:48:48 WIB
ORANG YANG DIKABULKAN DO'ANYA
Oleh
Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih
Bagian Pertama dari Dua Tulisan [1/2]
Banyak orang yang tidak bisa memanfaatkan kesempatan untuk berdoa, padahal boleh jadi seseorang itu
tergolong yang mustajab doanya tetapi kesempatan baik itu banyak disia-siakan. Maka seharusnya setiap
muslim memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berdoa sebanyak mungkin baik memohon sesuatu yang
berhubungan dengan dunia atau akhirat.
Di antara orang-orang yang doanya mustajab.
[1]. Doa Seorang Muslim Terhadap Saudaranya Dari Tempat Yang Jauh
Dari Abu Darda' bahwa dia berkata bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Tidaklah seorang muslim berdoa untuk saudaranya yang tidak di hadapannya, maka malaikat yang
ditugaskan kepadanya berkata : "Amin, dan bagimu seperti yang kau doakan". [Shahih Muslim, kitab Doa wa
Dzikir bab Fadli Doa fi Dahril Ghalib].
Imam An-Nawawi berkata bahwa hadits di atas menjelaskan tentang keutamaan seorang muslim mendoakan
saudaranya dari tempat yang jauh, jika seandainya dia mendoakan sejumlah atau sekelompok umat Islam,
maka tetap mendapatkan keutamaan tersebut. Oleh sebab itu sebagian ulama salaf tatkala berdoa untuk diri
sendiri dia menyertakan saudaranya dalam doa tersebut, karena disamping terkabul dia akan mendapatkan
sesuatu semisalnya. [Syarh Shahih Muslim karya Imam An-Nawawi 17/49]
Dari Shafwan bin Abdullah bahwa dia berkata : Saya tiba di negeri Syam lalu saya menemui Abu Darda' di
rumahnya, tetapi saya hanya bertemu dengan Ummu Darda' dan dia berkata : Apakah kamu ingin menunaikan
haji tahun ini ? Saya menjawab : Ya. Dia berkata : Doakanlah kebaikan untuk kami karena Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda.
"Artinya : Doa seorang muslim untuk saudaranya yang tidak ada di hadapannya terkabulkan dan disaksikan
oleh malaikat yang ditugaskan kepadanya, tatkala dia berdoa untuk saudaranya, maka malaikat yang di
tugaskan kepadanya mengucapkan : Amiin da bagimu seperti yang kau doakan". Shafwan berkata : "Lalu saya
keluar menuju pasar dan bertemu dengan Abu Darda', beliau juga mengutarakan seperti itu dan dia
meriwayatkannya dari Nabi. [Shahih Muslim, kitab Dzikir wa Doa bab Fadlud Doa Lil Muslimin fi Dahril
Ghaib 8/86-87]
Hal. 35
almanhaj.or.id - Do'a
Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa jika seorang muslim mendoakan saudaranya kebaikan dari tempat
yang jauh dan tanpa diketahui oleh saudara tersebut, maka doa tersebut akan dikabulkan, sebab doa seperti itu
lebih berbobot dan ikhlas karena jauh dari riya dan sum'ah serta berharap imbalan sehingga lebih diterima oleh
Allah. [Mir'atul Mafatih 7/349-350]
Catatan.
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata bahwa Imam Karmani menukil dari Al-Qafary bahwa ucapan doa seorang : "Ya
Allah ampunilah dosa semua kaum muslimin" adalah doa terhadap sesuatu yang mustahil sebab pelaku dosa
besar mungkin masuk Neraka dan masuk Neraka bertolak belakang dengan permohonan pengampunan, bisa
saja pelaku dosa besar di doakan, sebab yang mustahil adalah mendoakan pelaku dosa besar yang kekal di
Neraka, selagi masih bisa keluar karena syafaat atau dimaafkan, maka itu termasuk pengampunan secara
keseluruhan.
Ucapan orang di atas bertentangan dengan doa Nabi Nuh 'Alaihis Salam dalam firman Allah Subhanahu wa
Ta'ala.
"Artinya : Ya Rabb! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang-orang mukmin yang masuk ke rumahku dan semua
orang yang beriman laki-laki dan perempuan". [Nuh : 28].
Dan juga bertentangan dengan doa Nabi Ibrahim 'Alaihis Salam dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
"Artinya : Ya Rabbi, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari
terjadinya hisab". [Ibrahim : 41]
Serta Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam juga diperintahkan seperti itu yang
terdapat dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
"Artinya : Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan
perempuan". [Muhammad : 19]
Yang jelas permohonan dengan lafazh umum tidak mengharuskan permohonan untuk setiap orang secara
kolektif. Mungkin yang dimaksud oleh Al-Qafary bahwa mendoakan kaum muslimin secara kolektif dilarang
bila seorang yang berdoa menginginkan keseluruhan tanpa pengecualian dan bukan pelarangan terhadap
syariat doanya. [Fathul Bari 11/202]
[2]. Orang yang Memperbanyak Berdoa Pada Saat Lapang Dan Bahagia
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya :Barangsiapa yang ingin doanya terkabul pada saat sedih dan susah, maka hendaklah memperbanyak
berdoa pada saat lapang". [Sunan At-Tirmidzi, kitab Da'awaat bab Da'watil Muslim Mustajabah 12/274.
Hakim dalam Mustadrak. Dishahihkan oleh Imam Dzahabi 1/544. Dan di hasankan oleh Al-Albani No. 2693].
Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa makna hadits di atas adalah hendaknya seseorang memperbanyak doa
pada saat sehat, kecukupan dan selamat dari cobaan, sebab ciri seorang mukmin adalah selalu dalam keadaan
siaga sebelum membidikkan panah. Maka sangat baik jika seorang mukmin selalu berdoa kepada Allah
sebelum datang bencana berbeda dengan orang kafir dan zhalim sebagaimana firman Allah Subhanahu wa
Ta'ala.
Hal. 36
almanhaj.or.id - Do'a
"Artinya : Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya
dengan kembali kepada-Nya ; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan
kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu". [Az-Zumar :
8].
Dan firman Allah.
"Artinya : Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau
berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat),
seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya".
[Yunus : 12. Mir'atul Mafatih 7/360]
Wahai orang yang ingin dikabulkan doanya, perbanyaklah berdoa pada waktu lapang agar doa Anda
dikabulkan pada saat lapang dan sempit.
[Disalin dari buku Jahalatun nas fid du'a, edisi Indonesia Kesalahan Dalam Berdoa oleh Ismail bin Marsyud
bin Ibrahim Ar-Rumaih, hal 168-174, terbitan Darul Haq, penerjemah Zaenal Abidin, Lc]
Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=97&bagian=0
Hal. 37
almanhaj.or.id - Do'a
Orang Yang Dikabulkan Doanya 2/2
Orang Yang Dikabulkan Doanya 2/2
Kamis, 29 Januari 2004 09:00:23 WIB
ORANG YANG DIKABULKAN DO'ANYA
Oleh
Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih
Bagian terakhir dari Dua Tulisan [2/2]
[3]. Orang Yang Teraniaya
Dari Mu'adz bin Jabal Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Takutlah kepada doa orang-orang yang teraniyaya, sebab tidak ada hijab antaranya dengan Allah
(untuk mengabulkan)". [Shahih Muslim, kitab Iman 1/37-38]
Dari Abu Hurairah bahwa dia berkata bahwasanya Rasulullah bersabda.
"Artinya : Doanya orang yang teraniaya terkabulkan, apabila dia seorang durhaka, maka kedurhakaannya akan
kembali kepada diri sendiri". [Musnad Ahmad 2/367. Dihasankan sanadnya oleh Mundziri dalam Targhib 3/87
dan Haitsami dalam Majma' Zawaid 10/151, dan Imam 'Ajluni No. 1302]
[4] & [5]. Doa Orang Tua Terhadap Anaknya Dan Doa Seorang Musafir.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda.
"Artinya : Tiga orang yang doanya pasti terkabulkan ; doa orang yang teraniyaya;doa seorang musafir dan doa
orang tua terhadap anaknya". [Sunan Abu Daud, kitab Shalat bab Do'a bi Dhahril Ghaib 2/89. Sunan
At-Tirmidzi, kitab Al-Bir bab Doaul Walidain 8/98-99. Sunan Ibnu Majah, kitab Doa 2/348 No. 3908. Musnad
Ahmad 2/478. Dihasankan Al-Albani dalam Silsilah Shahihah No. 596]
[6]. Doa Orang Yang Sedang Puasa
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu bahwa dia berkata bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda.
"Artinya : Tiga doa yang tidak ditolak ; doa orang tua terhadap anaknya ; doa orang yang sedang berpuasa dan
doa seorang musafir". [Sunan Baihaqi, kitab Shalat Istisqa bab Istihbab Siyam Lil Istisqa' 3/345. Dishahihkan
oelh Al-Albani dalam Silsilah Shahihah No. 1797].
[7]. Doa Orang Dalam Keadaan Terpaksa.
Hal. 38
almanhaj.or.id - Do'a
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Artinya : Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa
kepadanya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di
bumi ? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu menginga(Nya)". [An-Naml :
62]
Imam As-Syaukani berkata bahwa ayat diatas menjelaskan betapa manusia sangat membutuhkan Allah dalam
segala hal terlebih orang yang dalam keadaan terpaksa yang tidak mempunyai daya dan upaya. Sebagian
ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan orang terpaksa adalah orang-orang yang berdosa dan
sebagian yang lain berpendapat bahwa yang dimaksud terpaksa adalah orang-orang yang hidup dalam
kekurangan, kesempitan atau sakit, sehingga harus mengadu kepada Allah. Dan huruf lam dalam kalimat
Al-Mudhthar untuk menjelaskan jenis bukan istighraq (keseluruhan). Maka boleh jadi ada sebagian orang
yang berdoa dalam keadaan terpaksa tidak dikabulkan dikarenakan adanya penghalang yang menghalangi
terkabulnya doa tersebut. Jika tidak ada penghalang, maka Allah telah menjamin bahwa doa orang dalam
keadaan terpaksa pasti dikabulkan. Yang menjadi alasan doa tersebut dikabulkan karena kondisi terpaksa bisa
mendorong seseorang untuk ikhlas berdoa dan tidak meminta kepada selain-Nya. Allah telah mengabulkan
doa orang-orang yang ikhlas berdoa meskipun dari orang kafir, sebagaimana firman Allah.
"Artinya : Sehingga tatkala kamu di dalam bahtera, dan meluncurkan bahtera itu membawa orang-orang yang
ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai,
dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung
(bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan keta'atan kepada-Nya semata-mata'.
(Mereka berkata) : 'Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami termasuk
orang-orang yang bersyukur". [Yunus : 22]
Dan Allah berfirman dalam ayat lain
"Artinya : Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali)
mempersekutukan (Alla)". [Al-Ankabut : 65].
Dari ayat di atas Allah mengabulkan doa mereka, padahal Allah tahu bahwa mereka pasti akan kembali
kepada kesyirikan. [Fathul Qadir 4/146-147]
Imam Ibnu Katsir berkata bahwa Imam Hafizh Ibnu 'Asakir mengisahkan seorang yang bernama Abu Bakar
Muhammad bin Daud Ad-Dainuri yang terkenal dengan kezuhudannya. Orang tersebut berkata : "Saya
menyewakan kuda tunggangan dari Damaskus ke negeri Zabidany, pada satu ketika ada seorang menyewa
kuda saya dan meminta untuk melewati jalan yang tidak pernah saya kenal sebelumnya", Dia berkata :
"Ambillah jalan ini karena lebih dekat". Saya bertanya : "Bolehkah saya memilih jalan ini", Dia berkata :
"Bahkan jalan ini lebih dekat". Akhirnya kami berdua menempuh jalan itu sehingga kami sampai pada suatu
tempat yang angker dan jurangnya yang sangat curam yang di dalamnya terdapat banyak mayat. Orang
tersebut berkata : "Peganglah kepala kudamu, saya akan turun". Setelah dia turun dan menyingsingkan baju
lalu menghunuskan golok bermaksud ingin membunuh saya, lalu saya melarikan diri darinya, akan tetapi dia
mampu mengejarku. Saya katakan kepadanya : "Ambillah kudaku dan semua yang ada padanya". Dia berkata
: "Kuda itu sudah milikku, tetapi aku ingin membunuhmu". Saya mencoba menasehati agar dia takut kepada
Allah dan siksaan-Nya tetapi ternyata dia seorang yang tidak mudah menerima nasehat, akhirnya saya
menyerahkan diri kepadanya.
Saya berkata kepadanya : "Apakah anda mengizinkan saya untuk shalat?" Dia berkata : "Cepat shalatlah!"
Hal. 39
almanhaj.or.id - Do'a
Lalu saya beranjak untuk shalat akan tetapi badan saya gemetar sehingga saya tidak mampu membaca ayat
Al-Qur'an sedikitpun dan hanya berdiri kebingungan. Dia berkata : "cepat selesaikan shalatmu!", maka setelah
itu seakan-akan Allah membukakan mulut saya dengan suatu ayat yang berbunyi.
"Artinya : Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa
kepadanya, dan yang menghilangkan kesusahan". [An-Naml : 62]
Tidak terduga muncul dari mulut bukit seorang satria datang ke arah kami dengan menggemgam tombak di
tangannya, lalu melempar tombak tersebut ke arah orang tadi dan tombak pun mengenai jantungnya lalu
seketika itu orang tersebut langsung mati terkapar. Setelah itu, maka saya memegang erat-erat satria tersebut
dan saya bertanya : "Demi Allah siapakah engkau sebenarnya?" Dia mejawab : "Saya adalah utusan Dzat
Yang Maha Mengabulkan permohonan orang-orang yang dalam keadaan terpaksa tatkala dia berdoa dan
menghilangkan segala malapetaka". Kemudian saya mengambil kuda dan semua harta lalu pulang dalam
keadaan selamat. [Tafsir Ibnu Katsir 3/370-371]
[Disalin dari buku Jahalatun nas fid du'a, edisi Indonesia Kesalahan Dalam berdoa oleh Ismail bin Marsyud
bin Ibrahim Ar-Rumaih, hal 174-180 terbitan Darul Haq, penerjemah Zaenal Abidin Lc]
Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=99&bagian=0
Hal. 40
almanhaj.or.id - Do'a
Penghalang-Penghalang Do'a
Penghalang-Penghalang Do'a
Rabu, 28 Januari 2004 10:19:39 WIB
PENGHALANG-PENGHALANG DO'A
Oleh
Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih
Banyak orang yang berdoa melakukan perbuatan yang menyebabkan doa mereka ditolak dan tidak dikabulkan,
karena kebodohan mereka tentang syarat-syarat doa, padahal apabila tidak terpenuhi salah satu syarat tersebut,
maka doa tersebut tidak dikabulkan.
Adapun syarat-syarat yang terpenting antara lain.
[1]. Ikhlas
Sebagaimana firman Allah.
"Artinya : Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadah kepada-Nya". [Ghafir : 14]
Ibnu Katsir mengatakan bahwa setiap orang yang beribadah dan berdoa hendaknya dengan ikhlas serta
menyelisihi orang-orang musyrik dalam cara dan madzhab mereka.[Tafsir Ibnu Katsir 4/73]
Dari Abdurrahman bin Yazid bahwa dia berkata bahwasanya Ar-Rabii' datang kepada 'Alqamah pada hari
Jum'at dan jika saya tidak ada dia memberikan kabar kepada saya, lalu 'Alqamah bertemu dengan saya dan
berkata : Bagaimana pendapatmu tentang apa yang dibawa oleh Rabii'.? Dia menjawab : "Berapa banyak
orang yang berdoa tetapi tidak dikabulkan ? Karena Allah tidak menerima doa kecuali yang ikhlas". Saya
berkata : Bukankah itu telah dikatakannya ? Dia berkata : Abdullah mengatakan bahwa Allah tidak mendengar
doa seseorang yang berdoa karena sum'ah, riya' dan main-main tetapi Allah menerima orang yang berdoa
dengan ikhlas dari lubuk hatinya". [Imam Al-Bukhari dalam Adabul Mufrad 2/65 No. 606. Dishahihkan
sanadnya oleh Al-Albani dalam Shahih Adabul Mufrad No. 473. Nakhilah maksudnya adalah iikhlas, Masma'
adalah orang yang beramal untuk dipuji atau tenar].
Termasuk syarat terkabulnya doa adalah tidak beribadah dan tidak berdoa kecuali kepada Allah. Jika
seseorang menujukan sebagian ibadah kepada selain Allah baik kepada para Nabi atau para wali seperti
mengajukan permohonan kepada mereka, maka doanya tidak terkabulkan dan nanti di akhirat termasuk
orang-orang yang merugi serta kekal di dalam Neraka Jahim bila dia meninggal sebelum bertaubat.
[2] & [3]. Tidak Berdoa Untuk Sesuatu Dosa Atau Memutuskan Silaturrahmi
Dari Abu Said bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
Hal. 41
almanhaj.or.id - Do'a
"Artinya : Apabila seorang muslim berdoa dan tidak memohon suatu yang berdosa atau pemutusan kerabat
kecuali akan diakabulkan oleh Allah salah satu dari tiga ; Akan dikabulkan doanya atau ditunda untuk
simpanan di akhirat atau menghilangkan daripadanya keburukan yang semisalnya".[Musnad Ahmad 3/18.
Imam Al-Mundziri mengatakannya Jayyid (bagus) Targhib 2/478].
Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa yang dimaksud "tidak berdoa untuk suatu yang berdosa" artinya
berdoa untuk kemaksiatan suatu contoh : "Ya Allah takdirkan aku untuk bisa membunuh si fulan", sementara
si fulan itu tidak berhak dibunuh atau "Ya Allah berilah aku rizki untuk bisa minum khamer" atau "Ya Allah
pertemukanlah aku dengan seorang wanita untuk berzina". Atau berdoa untuk memutuskan silaturrahmi suatu
contoh : "Ya Allah jauhkanlah aku dari bapak dan ibuku serta saudaraku" atau doa semisalnya. Doa tersebut
pengkhususan terhadap yang umum. Imam Al-Jazri berkata bahwa memutuskan silaturahmi bisa berupa tidak
saling menyapa, saling menghalangi dan tidak berbuat baik dengan semua kerabat dan keluarga.
[4]. Hendaknya Makanan Dan Pakaian Dari Yang Halal Dan Bagus
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan :
"Artinya : Seorang laki-laki yang lusuh lagi kumal karena lama bepergian mengangkat kedua tanganya ke
langit tinggi-tinggi dan berdoa : Ya Rabbi, ya Rabbi, sementara makanannya haram, minumannya haram,
pakaiannya haram dan dagingnya tumbuh dari yang haram, maka bagaimana doanya bisa terkabulkan.?"
[Shahih Muslim, kitab Zakat bab Qabulus Sadaqah 3/85-86].
Imam An-Nawawi berkata bahwa yang dimaksud lama bepergian dalam rangka beribadah kepada Allah
seperti haji, ziarah, bersilaturrahmi dan yang lainnya.
Pada zaman sekarang ini berapa banyak orang yang mengkonsumsi makanan, minuman dan pakaian yang
haram baik dari harta riba, perjudian atau harta suap yang yang lainnya. [Syarh Shahih Muslim 7/100].
Ahli Syair berkata.
"Kita berdoa dan menyangka doa terangkat padahal dosa menghadangnya lalu doa tersebut kembali.
Bagaimana doa kita bisa sampai sementara dosa kita menghadang di jalannya". [Al-Azhiyah dalam Ahkamil
Ad'iyah hal. 141].
[5]. Tidak Tergesa-gesa Dalam Menunggu Terkabulnya Doa
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda.
"Artinya : Akan dikabulkan permintaan seseorang di antara kamu, selagi tidak
tergesa-gesa, yaitu mengatakan : Saya telah berdoa tetapi belum dikabulkan".
[Shahih Al-Bukhari, kitab Da'awaat 7/153. Shahih Muslim, kitab Do'a wa Dzikir
8/87]
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata : Yang dimaksud dengan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam : "Saya
berdoa tetapi tidak dikabulkan", Ibnu Baththaal berkata bahwa seseorang bosan berdoa lalu meninggalkannya,
seakan-akan mengungkit-ungkit dalam doanya atau mungkin dia berdoa dengan baik sesuai dengan syaratnya,
tetapi bersikap bakhil dalam doanya dan menyangka Alllah tidak mampu mengabulkan doanya, padahal Dia
dzat Yang Maha Mengabulkan doa dan tidak pernah habis pemberian-Nya. [Fathul Bari 11/145].
Hal. 42
almanhaj.or.id - Do'a
Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa Imam Al-Madzhari berkata : Barangsiapa yang bosan dalam berdoa,
maka doanya tidak terkabulkan sebab doa adalah ibadah baik dikabulkan atau tidak, seharusnya seseorang
tidak boleh bosan beribadah. Tertundanya permohonan boleh jadi belum waktunya doa tersebut dikabulkan
karena segala sesuatu telah ditetapkan waktu terjadinya, sehingga segala sesuatu yang belum waktunya tidak
akan mungkin terjadi, atau boleh jadi permohonan tersebut tidak terkabulkan dengan tujuan Allah mengganti
doa tersebut dengan pahala, atau boleh jadi doa tersebut tertunda pengabulannya agar orang tersebut rajin
berdoa sebab Allah sangat senang terhadap orang yang rajin berdoa karena doa memperlihatkan sikap rendah
diri, menyerah dan merasa membutuhkan Allah. Orang sering mengetuk pintu akan segera dibukakan pintu
dan begitu pula orang yang sering berdoa akan segera dikabulkan doanya. Maka seharusnya setiap kaum
Muslimin tidak boleh meninggalkan berdoa. [Mir'atul Mafatih 7/349].
Syubhat.
Allah berfirman.
"Artinya : Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu". (Ghafir : 60).
Banyak orang yang berdoa tetapi tidak dikabulkan, kalau seandainya ayat tersebut sesuai dengan zhahirnya
pasti tidak mungkin doa tersebut ditolak.
Hafizh Ibnu Hajar menjawab bahwa setiap orang yang berdoa pasti terkabulkan tetapi dengan bentuk
pengkabulan yang berbeda-beda, terkadang apa yang diminta terkabulkan, atau terkadang diganti dengan
sesuatu pemberian lain, sebagaimana hadits dari 'Ubadah bin Shamit bahwasanya NabiShallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda.
"Artinya : Tidak ada seorang muslim di dunia berdoa memohon suatu permohonan melainkan Allah pasti
mengabulkannya atau menghilangkan daripadanya keburukan yang semisalnya". [Fathul Bari 11/98].
[6] &[ 7] Hendaknya Berdoa Dengan Hati Yang Khusyu' Dan Yakin Bahwa Doanya Pasti Akan Dikabulkan
Dari Abdullah bin Amr bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Hati itu laksana wadah dan sebahagian wadah ada yang lebih besar dari yang lainnya, maka apabila
kalian memohon kepada Allah, maka mohonlah kepada-Nya sedangkan kamu merasa yakin akan dikabulkan
karena sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan doa dari hati yang lalai". [Musnad Ahmad 2/177,
Mundziri dalam kitab Targhib 2/478, Al-Haitsami dalam Majma Zawaid 10/148]
Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa yang dimaksud dengan sabda Nabi : " dan kalian yakin akan
dikabulkan", adalah pengharusan artinya berdoalah sementara kalian bersikap dengan sifat yang menjadi
penyebab terkabulnya doa. Imam Al-Madzhari berkata bahwa hendaknya orang yang bedoa merasa yakin
bahwa Allah akan mengabulkan doanya sebab sebuah doa tertolak mungkin disebabkan yang diminta tidak
mampu mengabulkan atau tidak ada sifat dermawan atau tidak mendengar terhadap doa tersebut, sementara
kesemuanya sangat tidak layak menjadi sifat Allah. Allah adalah Dzat Yang Maha Pemurah, Maha Tahu dan
Maha Kuasa yang tidak menghalangi doa hamba-Nya. Jika seorang hamba tahu bahwa Allah tidak mungkin
menghalangi doa hamba-Nya, maka seharusnya kita berdoa kepada Allah dan merasa yakin bahwa doanya
akan dikabulkan oleh Allah.
Seandainya ada orang yang mengatakan bahwa kita dianjurkan agar kita selalu yakin bahwa doa kita akan
Hal. 43
almanhaj.or.id - Do'a
terkabulkan dan keyakinan itu akan muncul jika doa pasti dikabulkan, sementara kita melihat sebagian orang
terkabul doanya dan sebagian yang lainnya tidak terkabulkan, bagaimana kita bisa yakin ?
Jawab.
Orang yang berdoa pasti terkabulkan dan pemintaannya pasti diberikan kecuali bila dalam catatan azali Allah
doa tersebut tidak mungkin dikabulkan akan tetapi dia akan dihindarkan oleh Allah dari musibah semisalnya
dengan permohonan yang dia minta sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits. Atau diberi ganti yang
berupa pahala dan derajat di akhirat. Karena doa adalah ibadah dan barangsiapa yang beribadah dengan baik,
maka tidak mungkin akan dihalangi dari pahala.
Yang dimaksud dengan sabda Nabi : "dari hati yang lalai" adalah hati yang berpaling dari Allah atau berpaling
dari yang dimintanya. [Mir'atul Mafatih 7/360-361].
[Disalin dari buku Jahalatun nas fid du'a, edisi Indonesia Kesalahan Dalam Berdo'a oleh Ismail bin Marsyud
bin Ibrahim Ar-Rumaih, hal 158-167, terbitan Darul Haq, penerjemah Zaenal Abidin, Lc.]
Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=96&bagian=0
Hal. 44
almanhaj.or.id - Do'a
Waktu-Waktu Yang Mustajab
Waktu-Waktu Yang Mustajab
Jumat, 30 Januari 2004 08:58:06 WIB
WAKTU-WAKTU YANG MUSTAJAB
Oleh
Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih
Allah memberikan masing-masing waktu dengan keutamaan dan kemuliaan yang berbeda-beda, diantaranya
ada waktu-waktu tertentu yang sangat baik untuk berdoa, akan tetapi kebanyakan orang menyia-nyiakan
kesempatan baik tersebut. Mereka mengira bahwa seluruh waktu memiliki nilai yang sama dan tidak berbeda.
Bagi setiap muslim seharusnya memanfaatkan waktu-waktu yang utama dan mulia untuk berdoa agar
mendapatkan kesuksesan, keberuntungan, kemenangan dan keselamatan. Adapun waktu-waktu mustajabah
tersebut antara lain.
[1]. Sepertiga Akhir Malam
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda.
"Artinya : Sesungguhnya Rabb kami yang Maha Berkah lagi Maha Tinggi turun setiap malam ke langit dunia
hingga tersisa sepertiga akhir malam, lalu berfirman ; barangsiapa yang berdoa, maka Aku akan kabulkan,
barangsiapa yang memohon, pasti Aku akan perkenankan dan barangsiapa yang meminta ampun, pasti Aku
akan mengampuninya". [Shahih Al-Bukhari, kitab Da'awaat bab Doa Nisfullail 7/149-150]
[2]. Tatkala Berbuka Puasa Bagi Orang Yang Berpuasa
Dari Abdullah bin 'Amr bin 'Ash Radhiyallahu 'anhu bahwa dia mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda.
"Artinya : Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa pafa saat berbuka ada doa yang tidak ditolak". [Sunan
Ibnu Majah, bab Fis Siyam La Turaddu Da'watuhu 1/321 No. 1775. Hakim dalam kitab Mustadrak 1/422.
Dishahihkan sanadnya oleh Bushairi dalam Misbahuz Zujaj 2/17].
[3]. Setiap Selepas Shalat Fardhu
Dari Abu Umamah, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya tentang doa yang paling
didengar oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, beliau menjawab.
"Artinya : Di pertengahan malam yang akhir dan setiap selesai shalat fardhu".
[Sunan At-Tirmidzi, bab Jamiud Da'awaat 13/30. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan
Hal. 45
almanhaj.or.id - Do'a
At-Tirmidzi 3/167-168 No. 2782].
[4]. Pada Saat Perang Berkecamuk
Dari Sahl bin Sa'ad Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda.
"Artinya : Ada dua doa yang tidak tertolak atau jarang tertolak ; doa pada saat adzan dan doa tatkala peang
berkecamuk". [Sunan Abu Daud, kitab Jihad 3/21 No. 2540. Sunan Baihaqi, bab Shalat Istisqa' 3/360. Hakim
dalam Mustadrak 1/189. Dishahihkan Imam Nawawi dalam Al-Adzkaar hal. 341. Dan Al-Albani dalam Ta'liq
Alal Misykat 1/212 No. 672].
[5]. Sesaat Pada Hari Jum'at
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa Abul Qasim Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Sesungguhnya pada hari Jum'at ada satu saat yang tidak bertepatan
seorang hamba muslim shalat dan memohon sesuatu kebaikan kepada Allah melainkan akan diberikan
padanya, beliau berisyarat dengan tangannya akan sedikitnya waktu tersebut". [Shahih Al-Bukhari, kitab
Da'awaat 7/166. Shahih Muslim, kitab Jumuh 3/5-6]
Waktu yang sesaat itu tidak bisa diketahui secara persis dan masing-masing riwayat menyebutkan waktu
tersebut secara berbeda-beda, sebagaimana yang telah disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 11/203.
Dan kemungkinan besar waktu tersebut berada pada saat imam atau khatib naik mimbar hingga selesai shalat
Jum'at atau hingga selesai waktu shalat ashar bagi orang yang menunggu shalat maghrib.
[6]. Pada Waktu Bangun Tidur Pada Malam Hari Bagi Orang Yang Sebelum Tidur Dalam Keadaan Suci dan
Berdzikir Kepada Allah
Dari 'Amr bin 'Anbasah Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda.
"Artinya :Tidaklah seorang hamba tidur dalam keadaan suci lalu terbangun padamalam hari kemudian
memohon sesuatu tentang urusan dunia atau akhirat melainkan Allah akan mengabulkannya". [Sunan Ibnu
Majah, bab Doa 2/352 No. 3924. Dishahihkan oleh Al-Mundziri 1/371 No. 595]
Terbangun tanpa sengaja pada malam hari.[An-Nihayah fi Gharibil Hadits 1/190]
Yang dimaksud dengan "ta'ara minal lail" terbangun dari tidur pada malam hari.
[7]. Doa Diantara Adzan dan Iqamah
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda.
"Artinya : Doa tidak akan ditolak antara adzan dan iqamah". [Sunan Abu Daud, kitab Shalat 1/144 No. 521.
Sunan At-Tirmidzi, bab Jamiud Da'waat 13/87. Sunan Al-Baihaqi, kitab Shalat 1/410. Dishahihkan oleh
Al-Albani, kitab Tamamul Minnah hal. 139]
[8]. Doa Pada Waktu Sujud Dalam Shalat
Hal. 46
almanhaj.or.id - Do'a
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Adapun pada waktu sujud, maka bersungguh-sungguhlah berdoa sebab saat itu sangat tepat untuk
dikabulkan". [Shahih Muslim, kitab Shalat bab Nahi An Qiratul Qur'an fi Ruku' wa Sujud 2/48]
Yang dimaksud adalah sangat tepat dan layak untuk dikabulkan doa kamu.
[9]. Pada Saat Sedang Kehujanan
Dari Sahl bin a'ad Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda.
"Artinya : Dua doa yang tidak pernah ditolak ; doa pada waktu adzan dan doa pada waktu kehujanan".
[Mustadrak Hakim dan dishahihkan oleh Adz-Dzahabi 2/113-114. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam
Shahihul Jami' No. 3078].
Imam An-Nawawi berkata bahwa penyebab doa pada waktu kehujanan tidak ditolak atau jarang ditolak
dikarenakan pada saat itu sedang turun rahmat khususnya curahan hujan pertama di awal musim. [Fathul Qadir
3/340].
[10]. Pada Saat Ajal Tiba
Dari Ummu Salamah bahwa Rasulullah mendatangi rumah Abu Salamah (pada hari wafatnya), dan beliau
mendapatkan kedua mata Abu Salamah terbuka lalu beliau memejamkannya kemudian bersabda.
"Artinya : Sesungguhnya tatkala ruh dicabut, maka pandangan mata akan
mengikutinya'. Semua keluarga histeris. Beliau bersabda : 'Janganlah kalian berdoa untuk diri kalian kecuali
kebaikan, sebab para malaikat mengamini apa yang kamu ucapkan". [Shahih Muslim, kitab Janaiz 3/38]
[11]. Pada Malam Lailatul Qadar
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Artinya : Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan
malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai
terbit fajar". [Al-Qadr : 3-5]
Imam As-Syaukani berkata bahwa kemuliaan Lailatul Qadar mengharuskan doa setiap orang pasti dikabulkan.
[Tuhfatud Dzakirin hal. 56]
[12]. Doa Pada Hari Arafah
Dari 'Amr bin Syu'aib Radhiyallahu 'anhu dari bapaknya dari kakeknya bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda.
"Artinya : Sebaik-baik doa adalah pada hari Arafah". [Sunan At-Tirmidzi, bab
Jamiud Da'waat 13/83. Dihasankan oleh Al-Albani dalam Ta'liq alal Misykat 2/797 No. 2598]
[Disalin dari buku Jahalatun nas fid du'a, edisi Indonesia Kesalahan Dalam Berdoa, oleh Ismail bin Marsyud
Hal. 47
almanhaj.or.id - Do'a
bin Ibrahim Ar-Rumaih, hal 181-189, terbitan Darul Haq, penerjemah Zainal Abidin Lc]
Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=101&bagian=0
Hal. 48